Jakarta, Aktual.com — PT Pertamina (Persero) tidak menghiraukan jika PT Total E&P Indonesie tidak mau ikut serta dalam pengolahan Blok Mahakam dengan alasan kurang ekonomis lantaran kondisi harga minyak dunia yang sedang turun.

Malah menurut Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro bahwa perusahaannya mengambil tindakan sebaliknya dari apa yang dikhawatirkan oleh Total.

“Pertamina justru saat minyak dunia lesu itu adalah waktunya untuk invest. Pertamina justru mencadangkan capex yang masih besar tahun ini sekitar USD4,5 miliar. Pertamina masih semangat membangun proyek Refining Development Masterplan Program (RDMP) senilai USD5 miliar pada masing-masing kilang. Jadi kita harus bisa cari duit sekitar USD20 miliar. Satu kilang itu USD10 – USD12 miliar. Inilah waktu untuk invest, untuk meningkatkan kapasitas, waktu untuk melakukan percepatan infrastruktur migas,” ungkapnya di Jakarta, Kamis (28/4)

Namun yang pasti tambah Wianda, Pertamina sedang fokus untuk memastikan biar produksi pada Blok tersebut tetap mampu dipertahankan saat Pertamina menjadi operator terhitung 1 Januari 2018 mendatang.

Sebelumnya PT Total E&P Indonesia menyatakan kemungkinan tidak akan ikut mengelola Blok Mahakam bersama Pertamina

“Dengan harga minyak sekarang, melihat ke depan perlu keekonomian lebih baik. Memang dengan harga dan kondisi sekarang butuh studi lebih lanjut melihat apakah kita bisa konfirmasi ikut ambil 15% atau tidak,” kata Vice President Of Human Resources Communication & General Service Total E&P Indonesie Arividya Noviyanto ujarnya di Jakarta, Senin (25/4).

Menurutnya, jika harga minyak masih berada di bawah USD50 per barel maka tidak ekonomis bagi perusahaan untuk ikut mengelola Blok Mahakam.

“Kalau prediksi harga minyak ke depan USD50 per barel kurang ekonomis, maka dari itu kami masih butuh waktu studi tuk konfirmasi keikutsertaan kami,” tutur dia.

Program Refinery Development Master Plan (RDMP) dilakukan untuk 4 kilang besar, yaitu kilang Dumai, Plaju, Balongan, dan Balikpapan. Masing-masing kilang kapasitasnya akan bertambah 100.000 barel per hari. Biaya untuk upgrade tiap kilang kurang lebih USD5 miliar, maka dibutuhkan Rp260 triliun untuk modifikasi 4 kilang tersebut.

Sedangkan untuk kilang baru, Pertamina bakal membangun di Tuban pada 2021, GRR East I Bontang pada 2023, dan GRR West 2 dan East 2 Bontang pada 2030. GRR Tuban menelan biaya investasi USD12 miliar- USD14 miliar. Kilang ini bakal berkapasitas 300.000 barel per hari.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Dadangsah Dapunta
Editor: Eka