Yogyakarta, Aktual.com – Tahun-tahun terakhir ini, tatanan perjanjian dagang di kawasan Asia Pasifik tengah beralih. Keanggotaan bergeser, dari yang mulanya sangat berorientasi pada negara-negara barat, kini keterlibatan negara di Asia seperti negara-negara ASEAN dan India makin menguat.
Kedudukan Trump sebagai Presiden AS turut mendukung perubahan yang ada dalam sistem perdagangan. Keputusannya menarik diri dari Trans-Pacific Partnership (TPP) sangat bertolak belakang dengan langkah Obama ketika menjabat. Obama melihat TPP bukan sekadar sebagai perjanjian dagang, namun juga alat diplomasi menyeimbangkan poros kekuatan AS ke Asia.
Peralihan preferensi aliansi dagang dari yang multilateral menuju bilateral mulai menguat sejak tahun 2000-an hingga kini. Secara khusus kecenderungan bilateral ini dijuluki sebagai ‘sistem mangkuk mie’.
Disebut demikian lantaran negara-negara saling berlomba membentuk free trade agreement atau FTA dengan sistem bilateral yang memiliki tata aturannya sendiri yang saling menyilang dengan kawan-kawan dagangnya. Berbeda dengan sistem multilateral yang tercermin dalam institusi WTO ketika semua anggotanya mendapatkan perlakuan serupa yang berasal dari regulasi yang sama pula.
Kecenderungan negara-negara membangun FTA bersifat bilateral bisa ditelaah sebagai respon atas WTO Plus Issues, yakni peraturan yang termaktub dalam institusi WTO dianggap terlalu kaku sehingga negara anggota seringkali harus mengesampingkan kepentingan nasionalnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Nelson Nafis
Andy Abdul Hamid