Kudus, Aktual.com – Tradisi pembuatan bubur “asyura” dengan menggunakan sembilan bahan masih dilestarikan oleh umat muslim di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, terutama di kompleks Menara Kudus yang dikemas dalam rangkaian buka luwur Sunan Kudus, Rabu (19/9).

Pembuatan bubur “asyura” yang diinisiasi oleh Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus itu, dilakukan di rumah salah seorang warga Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kudus, dengan melibatkan puluhan ibu rumah tangga setempat.

Menurut juru bicara Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus Deny Nur Hakim, tradisi pembuatan bubur “asyura” merupakan tradisi yang sudah turun temurun.

Bahkan, kata dia, di kompleks Menara Kudus dimungkinkan sudah ada sejak Sunan Kudus.

Bahan-bahan yang digunakan dalam membuat bubur “asyura” tersebut, kata dia, masing-masing daerah dimungkinkan berbeda-beda, sedangkan di kompleks Menara Kudus menggunakan sembilan bahan berbeda.

Setelah bubur dibuat, katanya, dibagikan kepada masyarakat sekitar, termasuk dibagikan kepada peserta pengajian barzanji pada Rabu (19/9) malam.

“Bubur ‘asyura’ sendiri, berawal ketika Nabi Nuh AS bersama umatnya selamat dari banjir, kemudian sebagai bentuk rasa syukur mereka membuat bubur dengan bahan dari sisa perbekalan yang ada. Saat ini bubur tersebut dikenal dengan bubur ‘asyura’,” ujarnya di Kudus, Rabu.

Muflichah, juru masak bubur asyura menambahkan bahwa pembagian bubur asyura merupakan rangakaian dari kegiatan Buka Luwur Makam Sunan Kudus.

Adapun bahan baku yang digunakan untuk membuat bubur asyura, kata dia, ada sembilan macam, yakni beras, jagung, kacang hijau, kacang kedelai, kacang tolo, ketela pohon, kacang tanah, pisang dan ubi jalar. Sementara bumbu-bumbuan yang dipakai, yakni bumbu gulai, daun pandan, serai, kayu manis, dan garam.

Pembuatannya diperkirakan membutuhkan waktu selama tiga jam lebih sebelum disajikan untuk dibagikan kepada masyarakat.

Pada tahun ini, kata dia, panitia membuat bubur sekitar enam kawah atau tungku. Setiap kawah bisa menghasilkan 150 porsi bubur. “Lima kawah untuk dibagikan kepada masyarakat sekitar, sedangkan satu kawah disiapkan untuk peserta barzanji,” ujarnya.

Nur Linada, salah seorang warga yang menerima bubur asyura mengaku berterima kasih karena setiap 10 Muharram selalu mendapatkan antaran bubur asyura. “Saya juga tidak mungkin membuat sendiri karena prosesnya membutuhkan waktu yang lama serta menggunakan bahan yang cukup banyak dan membutuhkan personel yang banyak pula untuk membuatnya,” ujarnya.

Lezatnya rasa bubur asyura tersebut, kata dia, tidak terlepas dari bahan yang digunakan, termasuk ada taburan udang, tahu, tempe, telur, kecambah, teri, jeruk pamelo, cabai, dan daging kerbau.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: