Jakarta, Aktual.co —Suku Dinas Pariwisata Jakarta Pusat akan menghidupkan kembali kebudayaan tradisional Betawi yang mulai menghilang dengan membuka ruang bagi kelompok masyarakat atau sanggar untuk mementaskan atraksi budaya tersebut.
“Bisa saja kebudayaan tradisional Betawi seperti Tanjidor, Gambang Kromong atau jenis tarian khas lainnya yang mulai hilang itu ditampilkan di hotel atau destinasi-destinasi wisata,” kata Kepala Sudin Pariwisata, Triyugo Prasetyo di Jakarta, Kamis (23/10).
Diakuinya, ruang untuk atraksi budaya tidak tersedia, karena itu lah pihaknya akan menjembataninya, katanya.
Prasetyo mengatakan ketika intensitas atraksi budaya semakin banyak dilakukan, hal itu akan menjadi semacam promosi dan pada akhirnya akan menarik wisatawan untuk mengenal lebih dekat budaya tradisional Betawi tersebut.
Sama seperti di Bali, kata dia, wisatawan mancanegara dan domestik berbondong-bondong mengunjungi sanggar-sanggar seni dan budaya hanya sekadar menonton latihan pelaku seni tari.
“Seperti itulah yang kami harapkan. Walaupun masih sebatas latihan sanggar dan belum pementasan namun sudah ada wisatawan yang menontonnya. Dalam rangka itulah kami akan merangkul industri pariwisata untuk sama-sama menghidupkan kembali budaya Betawi yang mulai hilang,” katanya.
Bahkan kata dia untuk mengintensifkan atraksi budaya Betawi, pelaku seni dapat memanfaatkan delapan destinasi wisata di Jakarta sebagai tempat pementasan dan mempromosikan cenderamata-cenderamata khas Betawi.
“Jadi sanggar-sanggar bisa memanfaatkan fasilitas yang ada di setiap destinasi wisata Jakarta. Selain menghidupkan kembali budaya tradisional Betawi, juga ada nilai tambah yang diperoleh pelaku seni,” katanya.
Wali Kota Administrasi Kota Jakarta Pusat H Saefullah mengeluarkan Keputusan Nomor 276 Tahun 2014 tentang Penetapan Delapan Kawasan Destinasi Wisata.
Delapan destinasi wisata tersebut yaitu kawasan Pasar Baru dan Kemayoran, Monumen Nasional dan Gambir, Tanah Abang, Jalan Jaksa (Bang Jaim), Senen, Thamrin, Lapangan Banteng dan Menteng.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid