Karangasem, Aktual.com - Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gede Suantika menuturkan jika sistem transmisi Global Position System (GPS) yang dipasang Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengalami kerusakan. Padahal, sistem transmisi itu amat penting bagi PVMBG untuk mengamati perkembangan aktivitas Gunung Agung yang kini telah awas.
“GPS sistem transmisinya yang agak rusak. Jadi, kita ambil data ke lapangan. Idealnya transmisi mengantarkan data ke sini (Pos Pengamatan Gunung Agung,” kata Suantika, di Karangasem. Jumat (29/9).
Beruntung, data mengenai Gunung Agung berhasil diambil meski harus turun ke lapangan. Data tersebut berisi aktivitas Gunung Agung sejak beberapa tahun sebelumnya.
“Sudah kita ambil. Itu kan untuk mengetahui kronologi sebelumnya. Mulai dari tahun 2014, 2015, 2016, apakah ada deformasi. Kita punya empat alat di sekeliling gunung yang dipasang tahun 2014,” papar dia.
Suantika menjelaskan, hingga kini PVMBG baru memiliki sekitar 70 persen peralatan untuk memantau aktivitas Gunung Agung. Semua sudah terpasang di posisinya.
“Ada seismik, deformasinya sudah, thermal camera-nya sudah. Tinggal menambahkan beberapa seismik saja atau kita tambahkan pakai sistem temporer biasanya,” ujarnya.
Sementara yang kurang menurutnya adalah memantapkan sistem transmisi hingga ke Pos Pengamatan Gunung Agung.
“Isi transmisi itu data angka-angkanya untuk mendeteksi tubuh gunung, mendeteksi getaran gempa, asalnya di mana,” katanya. Saat ini, Suantika mengaku PVMBG telah menambah pemasangan seismograf alat-alat yang dibutuhkan.
“Yang kita pasang sekarang dua. Sebelumnya sudah ada empat yang terpasang di Gunung Batur dan kita tambah satu di Bangli. Besok dua lagi dipasang di tempat lain. Tambahannya baru dipasang tanggal 22 kemarin. Nanti dia akan menangkap gempa, sumber rekahan di mana dengan kedalaman berapa,” tutur dia.
Untuk pemantauan puncak Gunung Agung PVMBG menggunakan citra satelit.
”Kita mau pemantauan ke puncak tidak boleh kan. Kita pakai satelit biar kita dapat gambarnya. Kemarin kami menduga ada keanehan asap sulfatar yang putih itu. Kalau mau meletus, asapnya semakin hitam keabu-abuan. Itu perubahannya,” demikian Suantika.
Pewarta : Bobby Andalan, Bali
Artikel ini ditulis oleh:
Bawaan Situs