Monitor penunjuk tarif bunga deposito yang dipajang di salah satu sudut Kantor BNI Pusat, Jakarta, Senin (26/7). Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan menahan suku bunga acuan BI (BI Rate) sebesar 6,5 persen, hal tersebut berpengaruh pada penurunan suku bunga perbankan, baik suku bunga deposito maupun suku bunga kredit. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/foc/16.

Jakarta, Aktual.com – Laju pertumbuhan kredit PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) tahun lalu memang cukup tinggi mencapai 20,6%, namun di 2017 ini perseroan lebih hati-hati dalam menyalurkan kredit, pasalnya tren rasio kredit macet (Non Performing Loan/NPL) cukup tinggi.

“Jadi di tahun ini kami akan fokus pada pembiayaan di sektor korporasi, khususnya BUMN dan infrastruktur. Itu penting untuk mengantisipasi peningkatan NPL di tahun ini,” ungkap Assistant Vice President Investor Relation BNI, Dedi Arianto, dalam diskusi Emiten Bicara Bisnis (EBB) yang digelar Komunitas Pewarta Pasal Modal (KPPM), di Jakarta, Kamis (2/2).

Dia menegaskan, penyaluran kredit ke sektor BUMN dan infrastruktur itu sangat aman. “Kita masih fokus di pinjaman BUMN dan infrastruktur, karena kita memilih sektor-sektor yang risikonya rendah. Kalau kita kasih pinjam ke BUMN itu, maka jarang BUMN bangkrut,” ucapnya.

Menurutnya, penyaluran kredit di tahun ini diperkirakan bakal tumbuh pada kisaran 15-17% atau masih di atas rata-rata pertumbuhan industri perbankan yang berada di kisaran 13-15%.

“BNI mungkin loan growth di tahun ini masih bisa di atas industri yang sebesar 13-15% tapi kita yakin bisa di 15-17%. Kita berharap penyaluran kredit lebih prudent lagi,” harap dia.

Sementara untuk NPL di 2017 ini, perseroan menargetkan rasio kredit bermasalah itu dapat ditekan di bawah 3% atau lebih rendah dari realisasi di 2016 lalu yang tercatat 3% atau lebih tinggi dari 2015 sebesar 2,7%.

“NPL tahun ini kita perkirakan membaik di bawah 3%. Makanya kita patok NPL-nya 2,8-2,9%. Sehingga bank bisa tumbuh cukup tinggi,” kata dia.

Sepanjang 2016, BNI mencatat pertumbuhan kredit naik 20,6% menjadi Rp393,28 triliun dibandingkan dengan penyaluran kredit di tahun sebelumnya yang tercatat Rp326,11 triliun. Pertumbuhan kredit ini di atas rata-rata kredit industri perbankan yang secara umum yang mencapai 8,5%.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka