Jakarta, Aktual.com – Laporan keuangan Triwulan III 2018 PT Perusahaan Listrik Negara (PLN Persero) membukukan laba sebesar Rp9,6 triliun, meningkat 13,3% dibandingkan dengan tahun lalu sebesar Rp8,5 triliun. Kenaikan laba tersebut ditopang oleh kenaikan penjualan dan efisiensi yang dilakukan oleh perusahaan serta adanya kebijakan pemerintah DMO harga batubara.
Selain itu, Perusahaan juga melakukan reprofiling atas pinjaman sehingga didapatkan pinjaman baru dengan tingkat bunga yang cukup rendah dan jatuh tempo lebih panjang menjadi 10 – 30 tahun. Sedangkan terkait program 35 GW, maka sejak Januari 2015 sd September 2018 PLN telah menanamkan dana untuk Investasi sebesar Rp248 triliun, dimana pada periode yang sama peningkatan jumlah pinjaman hanya sebesar Rp148 triliun atau 60% dari total Investasi. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan dana internal PLN masih sangat memadai yaitu sekitar 40% atau Rp100 triliun dari seluruh kebutuhan Investasi tersebut.
“Meskipun sebagian besar pinjaman PLN masih akan jatuh tempo pada 10-30 tahun mendatang, namun berdasarkan standar akuntansi yang berlaku dan hanya untuk keperluan pelaporan keuangan maka pinjaman Valas tersebut harus diterjemahkan (kurs) ke dalam mata uang Rupiah sehingga memunculkan adanya pembukuan rugi selisih kurs yang belum jatuh tempo (unrealised loss) sebesar Rp17 triliun,” ujar Executive Vice President Corporate Communication & CSR, I Made Suprateka di Jakarta, Selasa (30/10/2018).
Made menambahkan, untuk nilai penjualan tenaga listrik mengalami kenaikan Rp12,6 triliun atau 6,93% sehingga menjadi Rp194,4 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp181,8 triliun. Sedangkan Volume penjualan sampai dengan September 2018 sebesar 173 Terra Watt hour (TWh) atau tumbuh 4,87% dibanding dengan tahun lalu sebesar 165,1 TWh. Jumlah pelanggan pada triwulan III 2018 telah mencapai 70,6 juta atau bertambah 2,5 juta pelanggan dari akhir tahun 2017, sehingga mendorong kenaikan rasio elektrifikasi nasional dari 95,07 % pada 31 Desember 2017 menjadi 98,05% pada 30 September 2018. Capaian rasio elektrifikasi ini telah melebihi target tahun 2018 yang dipatok sebesar 96,7%.
“Biaya operasi yang didominasi oleh beban bahan bakar masih terkendali, terutama karena adanya kebijakan Pemerintah DMO harga batubara untuk sektor kelistrikan yang telah berjalan efektif,” jelasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka