Jakarta, aktual.com – Lembaga survei Trust Indonesia tidak sependapat dengan pandangan sejumlah pihak yang menyatakan bakal ada dua Koalisi Besar dalam pemilu 2024.

Trust Indonesia menilai prediksi tersebut tidak sejalan dan tidak realistis dengan dinamika politik nasional yang terus berkembang hingga saat ini.

Pertama, prediksi tersebut tampak mengabaikan fakta politik dan temuan sejumlah lembaga survei yang menunjukkan banyaknya kandidat Calon Presiden (Capres) yang memiliki popularitas dan elektabilitas yang tinggi. Misalnya dalam temuan survei Trust Indonesia yang berlangsung pada 28 Januari – 6 Februari 2023 lalu, terdapat 4 nama Capres yang memiliki elektabilitas lebih dari 5 persen, yakni Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Ridwan Kamil. Dalam survei tersebut, elektabilitas puan sendiri masih berada di bawah 5 persen.

“Dengan temuan fakta tadi, sulit rasanya percaya jika nama-nama ini hanya bermuara pada dua koalisi saja. Apalagi elite-elite partai yang tengah berkuasa saat ini rasanya juga tidak akan mau menyempitkan pilihan politik Capres hanya pada dua nama dan dua koalisi besar,” ucap Direktur Eksekutif TRUST Indonesia, Azhari Ardinal, Jakarta, Rabu (29/3).

Kedua, prediksi tersebut seolah tidak memperhitungkan posisi PDI Perjuangan yang mampu memenuhi syarat untuk mengajukan Capres secara sendirian tanpa harus berkoalisi. Secara politik, PDI Perjuangan yang memiliki ambang batas lebih dari 20 persen sangat merugi bila tidak membentuk koalisi sendiri. Apalagi, PDI Perjuangan setidaknya memiliki dua nama Capres yang merupakan kader partai sendiri, yakni Ganjar Pranowo dan Puan Maharani.

“Pencalonan kader sebagai Capres dalam koalisi sendiri tentu akan menjadi modal besar untuk memperkuat soliditas suara partai. Nama Ganjar atau Puan akan membuat anggota dan simpatisan PDI Perjuangan yang dikenal ideologis, berjuang sepenuh hati untuk memenangkan Pilpres dan Pileg 2024,” ungkapnya.

Ketiga atau terakhir adalah karena PDIP adalah partai pemenang pemilu dalam 10 tahun terakhir. Sulit bagi koalisi yang sudah terbentuk saat ini: Koalisi Indonesia Bangkit (KIB), Koalisi Indonesia Raya (KIR) dan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) untuk menerima PDIP sebagai bagian dari koalisi partai. Sebab, justru bagi mereka, PDIP adalah musuh bersama atau common enemy yang justru harus digulingkan dari kursi pemenang.

“Karena itu, bagi PDIP, membentuk koalisi baru justru lebih realistis ketimbang bergabung dengan koalisi yang sudah ada. Selain menjaga kans/ peluang PDIP untuk kembali berkuasa dan memenangkan pilpres, pembentukan koalisi baru akan menjaga kesolidan suara di internal partai dan perolehan suara di lumbung pemilu,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Rizky Zulkarnain