Lebih lanjut Sutopo mengatakan BNPB akan berkoordinasi dengan peneliti tsunami dari berbagai instansi, untuk membantu melakukan pendataan sekaligus untuk mengetahui tingkat ancaman tsunami dan gempa di wilayah Sulawesi.

“Kemudian perlu menjadi pembelajaran ke depan, terkait dengan tata ruang di kota Palu dan Donggala yang perlu disesuaikan dengan tingkat ancaman gempa dan tsunami yang ada,” kata Sutopo.

Wilayah kota Palu dan Donggala dijelaskan Sutopo dilewati oleh sesar patahan Palu-Koro yang setiap tahun bergeser atau bergerak 35 milimeter sampai dengan 45 milimeter sehingga patahan ini Palu-Koro menjadi patahan dengan pergerakan terbesar kedua di Indonesia, setelah patahan Yapen, Kepulauan Yapen, Papua Barat, dengan pergerakan mencapai 46 milimeter per tahun.

“Patahan ini pernah menyebabkan gempa dengan magnitude 7,9 skala richter,” pungkas Sutopo.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara