Direktur Centre For Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi

Jakarta, Aktual.com —  Untuk menumbuhkan rasa penghematan penggunaan energi pada masyarakat, maka Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said memerlukan kebijakan pencabutan subsidi dari masyarakat.

“Selama harga belum harga riil, masih disubsidi, masih digendong oleh negara, maka penggunaan energi tidak bisa hemat karena belum terasa membeli dengan harga rill, harga sesungguhnya,” tutur Menteri Sudirman.

Namun ternyata pernyataan itu melukai hati publik dan menuai respon keras dari berbagai kalangan. Publik merasa terganggu atas haknya untuk mendapatkan energi dan seakan disudutkan karena besarnya penggunaan energi dalam negeri.

Direktur Eksekutif Center For Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi mengatakan bahwa Menteri Sudirman tidak hapal perintah UUD 45 pasal 33 ayat 3 yang mana energi memang diperuntukan bagi kemakmuran rakyat, bukan mencari untung dari rakyat.

“Menteri Sudirman memang tidak hapal dan lupa perintah UUD 45 pasal 33 ayat 3 ini. Jadi, dalam kenyataan saat ini, bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat. Tapi sekarang, melalui pemerintah memberikan pada perusahaan perusahaan, akibatnya pejabat negara pada kaya raya, dan perutnya pada gendut gendut dan rakyat sebagai pemilik saham negara ini pada miskin,” katanya kepada Aktual.com Senin (21/3).

Selain itu dia juga menyoroti kebijakan pemerintah yang tidak konsisten dalam penetapan harga bahan bakar minyak, karena dia melihat pada saat harga minyak dunia naik, maka pemerintah ikut menaikkan harga dan mengikutu harga pasar duni, namun ketika harga minyak dunia mengalami penurunan, pemerintah tidak mau menurunkan harga.

“Padahal saat ini juga pemerintah tidak konsisten dan sangat ironi, katanya harga energi mengikuti harga pasar. Tapi sekarang harga lagi turun, tetap saja dijual tinggi dan mahal di Indonesia, Jadi saat ini, rakyat itu, sudah jatuh, lalu diinjak injak oleh pemerintah sendiri. Subsidi dicabut oleh pemerintah, dan harga BBM tetap saja tinggi dan mahal,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka