Jakarta, Aktual.com — Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengatakan pasukan TNI sudah siap apabila tentara Filipina meminta bantuan Indonesia menangani perompak yang membajak kapal Indonesia dan menyandera 10 WNI.
“Saya rasa tentara sudah siap semua tinggal tergantung sana, karena rumah orang. Kalau dia (Filipina) bilang siap, kita ‘nonton saja’. Kalau dia minta bantuan kita tangani,” kata Ryamizard di Jakarta, Selasa (29/3).
Dijelaskan, saat ini kapal-kapal patroli TNI sudah disiapkan untuk mengantisipasi berbagai macam kemungkinan.
Namun, Ryamizard menekankan, pasukan militer Indonesia tidak bisa seenaknya melakukan operasi di wilayah Filipina, sehingga perlu izin dari otoritas negara tersebut.
“Itu negara orang. Kalau nggak boleh masuk jangan maksa-maksa. Kalau mereka siap menyelesaikan kita tunggu saja, (kalau) dia perlu bantuan kita masuk. Jangan nyelonong nanti urusan panjang lagi,” jelas Ryamizard.
Menurut dia, kasus pembajakan kapal di Filipina yang untuk pertama kalinya ini sedikit berbeda dengan yang terjadi di Somalia pada 2011.
Ia juga menyebut sudah berkoordinasi dengan Menteri Pertahanan Filipina terkait pembajakan tersebut. Pihak Indonesia terus memantau setiap yang terjadi pada penyanderaan tersebut.
Purnawirawan jenderal TNI tersebut menegaskan, pembebasan 10 WNI yang disandera tidak perlu memenuhi tuntutan tebusan sebesar 50 juta peso atau Rp15 miliar apabila memungkinkan pembebasan tanpa membayar.
Berdasarkan informasi dari Kementerian Luar Negeri, pembajakan terhadap kapal tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 yang berbendera Indonesia itu terjadi saat dalam perjalanan dari Sungai Puting Kalimantan Selatan menuju Batangas, Filipina Selatan.
“Tidak diketahui persis kapan kapal dibajak. Pihak pemilik kapal baru mengetahui terjadi pembajakan pada tanggal 26 Maret 2016, pada saat menerima telepon dari seseorang yang mengaku dari kelompok Abu Sayyaf,” ujar Jubir Kemlu Arrmanatha Nasir.
Saat ini, Kapal Brahma 12 sudah dilepaskan dan sudah di tangan otoritas Filipina. Sementara kapal Anand 12 dan 10 awak kapal masih berada di tangan pembajak, namun belum diketahui persis posisinya.
Dalam komunikasi pihak Kemlu melalui telepon kepada perusahaan pemilik kapal, pembajak dan penyandera menyampaikan tuntutan sejumlah uang tebusan.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara