Tunis, Aktual.com – Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi, pada Selasa (22/12) waktu setempat, memutuskan untuk memperpanjang keadaan darurat selama dua bulan, setelah pengeboman mematikan dengan menggunakan bus pada November.
“Presiden Beji Caid Essebsi telah memutuskan perpanjangan keadaan darurat di seluruh wilayah negara, hingga 21 Februari 2016,” demikian sebuah pernyataan kepresidenan, seperti diberitakan AFP, Rabu (23/12).
Tunisia telah memberlakukan keadaan darurat yang akan berakhir pada hari ini. Keadaan darurat diberlakukan pada 24 November setelah serangan bunuh diri yang diakui oleh kelompok Negara Islam di ibu kota, membunuh 12 pengawal presiden.
Langkah tersebut memberi pihak berwenang kekuasaan untuk melarang aksi mogok oleh para pekerja dan pertemuan-pertemuan yang mungkin memicu kerusuhan, dan juga menutup tempat-tempat hiburan serta bar serta menyensor pers.
Di samping pemberlakuan keadaan darurat, penguasa juga memberlakukan jam malam di Tunis dan menutup perbatasan dengan Libya, tempat para penyelidiki meyakini serangan itu direncanakan di sana.
Dua langkah tersebut dicabut awal bulan ini.
Tunisia, tempat awal pergolakan Arab Spring mulai terjadi, telah dilanda oleh kekerasan sejak 2011 menggulingkan diktator Zine El Abidine Ben Ali yang lama berkuasa. IS mengkalim telah melakukan tiga serangan tahun ini.
Serangan-serangan sebelumnya — di Museum Nasional Bardo di Tunis dan sebuah hotel resor Sousse — membunuh seluruhnya 60 orang, satu di antaranya turis asing.
Artikel ini ditulis oleh: