Jakarta, Aktual.com — Komisi IV DPR RI menilai kebijakan Menteri Pertanian Amran Sulaiman yang menunjuk Bulog sebagai pemegang hak tunggal impor 100 ribu ekor bibit sapi penggemukan adalah kebijakan yang blunder.

“Apakah Mentan sudah bertanya kesanggupan Bulog melakukan hal ini dalam waktu singkat? Bulog mau taruh dimana sapinya untuk digemukkan? Mau ditaruh di gudang-gudang bulog dan sapinya disusun keatas seperti beras?” ujar Anggota komisi IV, Daniel Johan di DPR, Senayan, Jakarta, Senin (14/9).

Menurutnya, program penggemukan sapi setidaknya membutuhkan waktu tiga bulan untuk siap potong. Pada sisi lain, kebutuhan daging nasional sudah mendesak.

“Lalu mulai bulan Agustus sampai November sebelum siap dipotong siapa yang menjamin ketersediaan daging sapi? Mentan kok jadi seperti tidak memahami persoalan. Alasan Mentan karena persediaan sapi lokal mencukupi, padahal ngga,” cetusnya.

Politikus PKB ini menegaskan, kebijakan baru Mentan itu menambah daftar kesalahan yang dilakukan sebelumnya. Dimana, sejak bulan Juli 2015 pada triwulan ketiga masa kerja pemerintahan yang bersamaan dengan lebaran, Mentan mengambil kebijakan mendadak dengan hanya membolehkan impor sebesar 50 ribu ekor dari 250 ribu ekor kebutuhan nasional.

“Akibatnya jelas saat ini Indonesia sangat kekurangan stok. Karena itu, tidak heran harga melambung tinggi, dan alasan Mentan karena persediaan sapi lokal mencukupi adalah ngaco,” ungkap Daniel.

Oleh karena itu, Mentan yang menjadi penyebab dan yang paling harus bertanggung jawab atas kenaikan harga daging sapi yang sangat memberatkan rakyat umum maupun pihak terkait seperti tukang bakso, penjual sapi, pemotong hingga kuli angkut.

Komisi IV DPR dipastikan akan mempertanyakan asumsi dasar Mentan terkait kebijakan yang dianggap sudah membuat geram. “Banyak (anggota komisi IV) yang marah,” katanya.

Secara rinci, kebutuhan daging sapi nasional per tahun adalah 653 ribu ton atau setara 3.657.000 sapi. Setidaknya, rata-rata butuh sekitar 305 ribu ekor dalam setiap bulannya.

Daniel menjelaskan bahwa produksi sapi lokal hanya siap 406 ribu ton atau 2.339.000 ekor sapi untuk memenuhi kebutuhan nasional.

“Memang, total populasi sapi lokal 2015 sekitar 17,2 juta sapi. Tapi ini nggak semua siap potong karena banyak yang masih anak-anak belum dewasa dan sebagian besar sebagai indukan betina yang tidak boleh dipotong. Jadi yang siap dipotong hanya 2,3 jutaan sapi,” jelasnya.

Berdasarkan kalkulasi tersebut ada kekurangan pasokan dari sapi lokal untuk kebutuhan nasional sebesar 247 ribu ton daging sapi atau setara 1.383.000 ekor.

Artikel ini ditulis oleh: