Jakarta, Aktual.co — Puluhan mahasiswa dari seluruh BEM se-Sumsel melakukan aksi unjuk rasa penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi, Sabtu (15/11).
Menurut Febri Julian, korlap aksi mengatakan bahwa mahasiswa Sumsel dengan lantang menolak penaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi serta penguasaan perusahaan asing terhadap SDA migas di Sumsel.
“Kenaikan BBM jelas sangat berpengaruh terhadap kehidupan seluruh rakyat Indonesia, terutama rakyat dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah,” ungkapnya, di sela-sela aksi di Palembang. 
Kata dia lagi, rencana pemerintah menaikan harga BBM tidak disertai dengan solusi cepat atas kondisi rakyat tetapi sangat beorientasi bisnis yang merupakan watak neolib. 
“Perilaku tersebut juga diperkuat oleh payung hukum yang melestarikan para “Mafia Migas”, yaitu UU Migas No.22 tahun 2001. UU migas berdampak sistemik terhadap kehidupan rakyat dan dapat merugikan keuangan negara,” sergahnya.
Sebab, kata dia, UU migas membuka liberalisasi pengelolaan migas yang sangat didominasi oleh perusahaan asing yang mencapai 90% yang fokus pada upaya pencabutan subsidi BBM. 
Selain itu, di Sumsel sendiri sumur-sumur migas didominasi oleh kontrak karya asing seperti Conocco Philips yang menguasai hasil minyak mentah mencapai 70 persen. Sisanya hanya dikuasai oleh perusahaan lokal yakni Medco dan Pertamina EP. 
“Bukannya mensejahterahkan rakyat Sumsel, Conocco Philips pemegang mayoritas sumber migas Sumsel juga membunuh Rakyat Sumsel dengan melakukan penembakan brutal dengan dalih memberantas illegal tapping,” kata Febri dengan lantang.
Febri Julian juga menegaskan, hari ini merupakan aksi permulaan bentuk dari perlawanan mahasiswa terhadap kenaikan harga BBM dan penguasaan asing terhadap hasil Migas di Sumsel.
“Senin kita akan sasar kantor perwakilan Conoco Philips yang ada di Palembang,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh: