Jakarta, Aktual.com — Direktur Centre For Budget Analysis (CBA), Uchok Sky Khadafi mengatakan bahwa pembahasan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016 cenderung mementingkan kepentingan pemerintah daripada kepentingan rakyat. Apalagi keterkaitan dengan perginya Presiden Joko Widodo ke Amerika Serikat (AS) pada 23 Oktober mendatang.
“Soal kepergian Jokowi ke AS dan terburu-burunya pembahasan ini berarti APBN 2016 hanya memancing untuk dapat utang. Yang kita sesali Banggar DPR ini tidak konsisten membela kepentingan rakyat. DPR ini sok pintar, jadi APBN-nya seperti ini,” ujar Uchok Sky Khadafi di Jakarta, Rabu (21/10).
Apalagi, lanjutnya, terkait dengan pembahasan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga tidak digali secara mendalam, banyak Kementerian dan Lembaga (K/L) yang belum mengoptimalkan PNBP. Postur RAPBN 2016 yang dihasilkan pun kurang maksimal dengan beberapa catatan. Pertama, penerimaan negara menurun dari Rp1.848,10 triliun menjadi Rp1.822,5 triliun. Kedua, belanja negara berkurang dari Rp2.121,3 triliun menjadi Rp2.095,7 triliun.
“Benar postur APBN ini kurang maksimal. PNPB di Kementerian itu besar, tapi di makan oleh pejabatnya. Gedung-gedung Kementerian itu selalu disewa untuk acara pernikahan dan lainnya kan,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka