Jakarta, Aktual.com – Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina menuai sorotan negatif dari berbagai pihak setelah terindikasi melakukan manipulasi tender pengadaan minyak pada tanggal 7 Juni 2016 dengan cara mempersingkat waktu penawaran hingga kurang dari 48 jam.
Direktur Center for Budget Analysis (CBA), Uchok Sky Khadafi mengatakan modus tersebut merupakan upaya ISC membatasi peserta lelang agar trader kewalahan dalam menyiapkan persyaratan yang dibutuhkan, sedangkan dibalik semua itu disinyalir ISC telah menyimpan nama pemenang tender dari pihaknya.
“Cara mempersingkat waktu untuk menyingkir trader-trader yang tidak disukai ISC-Pertamina. Atau dengan itu diharapkan banyak trader tidak sanggup ikut lelang dan kemungkinan pemenangnya sudah setting yang dijagokan ISC-Pertamina,” kata Uchok kepada aktual.com, Selasa (14/6).
Sebelumnya Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman juga telah menyebutkan adanya menduga kongkalikong ISC-Pertamina dalam pengadaan minyak pada 7 Juni 2016. Pasalnya, dalam dokumen tender yang dilakukan pertamina, peserta hanya diberikan waktu kurang dari 48 jam untuk melakukan penawaran, bahkan untuk aktifitas tender term selama enam bulan.
“Penawaran tender minyak hanya diberikan waktu kurang dari 48 jam, evaluasinya 3 hari. Biasanya dilakukan minimal 7 hari kerja. Ini terlihat kalau ISC kerjanya buru-buru, terkesan manipulatif. Itu sama saja dengan pembunuhan, perampokan, pemerkosaan dilakukan dengan waktu yang secepat-cepatnya,” ujar Yusri kepada Aktual di Jakarta, Selasa (14/6).
Menurutnya, tender yang terburu-buru dan dengan tempo yang sesingkat-singkatnya tersebut dinilai tidak wajar dan menimbulkan dugaan ISC-Pertamina memenangkan pihak tertentu.
“Jadi kalau waktunya dibatasi dengan tidak wajar, sudah dapat diduga bahwa pemenangnya diarahkan ke rekanan yang dijagokan ISC-Pertamina,” ungkapnya.
Apalagi lanjut Yusri, dalam syarat lelang itu disebut nama jenis minyaknya seperti Champion (Brunei), Kikeh, Tapih dan labuhan ( Malaysia) dan Escravos, Qua Iboe, forcado dari Africa Barat. Itu sama saja ISC Pertamina telah terikat diri pada jenis minyak tertentu.
“Bisa jadi ISC-Pertamina sudah dikuasai oleh vendor tertentu yang juga rekanan ISC, terkecuali tender langsung ke NOC nya seperti Petronas NNPC (Nigeria). Namun kalau yang dimenangkan trading company, tentu aneh bin lucu,” ungkapnya.
Menurutnya, ISC seharusnya menonjolkan spesifikasi minyak mentah yang sesuai dengan desain dan kebutuhan kilang Cilacap, kilang Balikpapan dan Balongan.
“Cukup disebut jenis minyak ringan (light crude) dan minyak menengah (heavy light crude) atau heavy crude dengan batasan minimum dan maksimu derajat API dan Kandungan sulfur serta konten. Dari PONA=parafinic olefinic naphthenic atau aromayic, kita akan tahu type crude tersebut.” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan