Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrel

Jakarta, Aktual.com – Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengeluarkan peringatan mengenai eskalasi atau meningkatnya kekerasan di Timur Tengah di tengah berlangsungnya krisis di Gaza.

“Kemarin (Sabtu) telah menjadi salah satu hari paling mematikan sejak Oktober dengan sedikitnya 100 warga Palestina dilaporkan tewas,” kata Josep Borrell melalui sosial media X, Minggu (23/6).

Selain menyoroti jumlah korban, Borrell juga menekankan bahwa situasi masih mengerikan karena sandera masih disandera dan risiko konflik yang lebih luas “yang melibatkan Hizbullah” tampak besar.

“Lonjakan yang terjadi di Lebanon akan berdampak serius terhadap kawasan ini dan sekitarnya,” ucapnya.

Borrell mencatat bahwa situasi ekonomi di Tepi Barat berada di ambang keruntuhan dan kekerasan semakin meningkat.

Dia juga mengecam pengabaian terang-terangan terhadap keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) dan Resolusi Dewan Keamanan PBB 2735 dan kurangnya perbaikan dalam akses dan penyampaian bantuan kemanusiaan.

“Saya kecewa dengan laporan Cindy McCain dari Program Pangan Dunia dan Organisasi Kesehatan Dunia tentang akses kemanusiaan yang masih terhambat,” tambahnya.

Sebuah laporan hak asasi manusia PBB, ucapnya, mendokumentasikan serangan yang tidak proporsional dan tidak pandang bulu. Sementara itu, gedung Palang Merah telah dirusak oleh penembakan.

“Kami mendesak semua pihak sekali lagi untuk menghentikan siklus penderitaan dan kehancuran ini,” tutur dia.

Hampir 37.600 warga Palestina telah terbunuh di Gaza, sebagian besar dari korban adalah wanita dan anak-anak dan lebih dari 86.000 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Lebih dari delapan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan.

Israel dituduh melakukan genosida di ICJ yang keputusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasi militernya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari 1 juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum negara itu diserbu pada 6 Mei.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arie Saputra