Pengamat ekonomi energi UGM, Fahmy Radhi

Jakarta, Aktual.com – Pergerakan harga minyak dunia yang semakin melebar dari asumsi Harga Minyak Mentah Indonesia (Indonesian Crude Price / ICP) membuat kekhawatiran banyak kalangan akan menyebabkan pengaruh negatif terhadap anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).

Pengamat ekonomi energi UGM, Fahmy Radhi mengatakan; jika asumsi ICP meleset signifikan dari harga pasar, maka penerimaan negara akan berkurang dan pemerintah terpaksa akan mencari sumber pendanaan lain untuk mengatasi devisit anggaran.

“Kalau asumsi ICP meleset signifikan di bawah harga pasar, konsewensinya pendapatan dalam APBN akan berkurang. Alternatifnya, APBN direvisi dalam APBN perubahan atau dicarikan sumber lain untuk menutup kekurangan pendapatan APBN,” ujar Fahmy kepada Aktual.com, Kamis (18/5)

Namun dia melihat meskipun harga crude mendekati USD 50 per barel, asumsi pemerintah yang menetapkan USD 45 per barel dalam APBN dinilai masih sangat realistis.

Dia sendiri memperkirakan harga crude sepanjang tahun 2017 relatif berada di interval USD 40 hingga USD 50 per barel. Dengan kenyataan harga diatas asumsi ICP, hal itu lebih baik ketimbang terjadi sebaliknya.

“Penetapan Arcandra Tahar (Wamen ESDM) bahwa asumsi ICP APBN USD 45, bukan USD 50 per barel, cukup realistis. Penetapan asumsi ICP sebaiknya menggunakan harga bawah ketimbang harga atas. Tujuannya untuk meminimkan resiko kekurangan pendapatan APBN, jika perkiraan asumsi meleset,” pungkas Fahmy.
Pewarta : Dadangsah Dapunta

Artikel ini ditulis oleh:

Bawaan Situs