Yogyakarta, Aktual.com – Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mengembangkan rumah mandiri energi dengan memanfaatkan biogas di Desa Leksana, Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, yang berada di kawasan rawan bencana.
“Pengembangan rumah mandiri energi itu merupakan bagian dari program pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana,” kata peneliti teknologi biogas Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Ngadisih di Yogyakarta, Senin (28/1).
Ia mengemukakan, Karangkobar adalah daerah perbukitan yang merupakan daerah kawasan pertanian yang terletak di zona daerah rawan longsor. Aktivitas pertanian di lereng bukit sering menyebabkan risiko terkena bencana longsor.
“Oleh karena itu, selain pertanian kami ingin mengajak mereka mengoptimalkan kegiatan peternakan,” kata Ngadisih yang juga dosen FTP UGM.
Menurut dia, limbah dari kotoran ternak selama ini belum dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Umumnya kotoran ternak dibuang atau ditumpuk di sekitar rumah sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap.
“Kami mengedukasi masyarakat bagaimana memanfaatkan limbah peternakan bagi pemenuhan biogas, sedangkan sisa dari bahan biogas ini akan diubah menjadi pupuk,” katanya.
Ia mengatakan, sekitar 90 persen masyarakat Desa Leksana memiliki ternak sehingga mempunyai potensi besar untuk pengembangan energi biogas.
Meskipun demikian, pihaknya baru memasang instalasi biogas tersebut di rumah salah seorang warga sebagai rumah percontohan untuk pemenuhan energi secara mandiri.
Sementara itu untuk kegiatan mitigas bencana, pihaknya melakukan riset dan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan pemantauan respons hidrologi berbagai jenis penggunaan lahan, memantau limpasan dan erosi di daerah tangkapan air.
“Selain itu, mengembangkan teknik konservasi tanah dan air serta kegiatan pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana,” kata Ngadisih.
Ketua Kelompok Tani “Mekar Sari” Desa Leksana Sugi mengatakan sejak September 2018 di rumahnya dipasang instalasi biogas oleh Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem FTP UGM dalam rangka pengenalan teknologi biodigester di desa tersebut.
“Saat ini baru keluarga saya saja yang mendapat program pemasangan teknologi biogas dari UGM, dan saya berharap keluarga yang lain bisa mendapatkan bantuan yang sama sehingga mereka bisa memanfaatkan kotoran ternak sapi tersebut. Sebagian besar keluarga di desa ini mempunyai ternak sapi, tinggal dipasang alatnya lagi,” kata Sugi.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Arbie Marwan