Jakarta, Aktual.com — Dalam rangka memenuhi kebutuhan program infrastruktur, pemerintah ngotot akan membangun proyek kereta cepat Indonesia-China (KCIC) jurusan Jakarta-Bandung. Padahal dilihat dari keterdesakannya, proyek ini sangat tidak mendesak.

“Sangat tidak mendesak pembangunan proyek kereta cepat ini. Proyek pemerintah yang tidak jelas,” tandas pengamat infrastruktur dari UI, Suyono Dikun, di Jakarta, Kamis (28/1).

Menurut dia, saat ini yang terpenting adalah, memperbaiki sarana kereta yang sudah ada. Bisa dengan meningkatkan kecepatannya, memperbaiki relnya, memperkuat bantalannya, mempercantik gerbongnya, dan meningkatkan pelayanannya.

“Dari pada membangun kereta cepat Jakarta-Bandung, dengan kecepatan 350 km per jam. Tapi belum mencapai kecepatan penuh saja sudah ngerem. Lucu kan,” sindirnya.

Sementara, kata dia, selama ini Presiden Joko Widodo selalu berargumen Indonesia perlu membangun infrastruktur besar-besaran. “Disebutnya, kalau semua menunggu harus layak dulu, nanti terlambat lagi. Itu alasan politis dia,” tandas Suyono.

Ketidaksepakatan dia, dengan proyek ini pun karena proyek ini dibiayai mahal dari bank China, China Development Bank (CDB). Bahkan angka Rp80 triliun itu, disebutnya, tidak ada pembandingnya. Sehingga sangat mungkin kemahalan.

“Soal pembiayaan yang mencapai Ro 80 triliun itu, mestinya ada banchmarking dengan proyek sejenis di luar. Ini kan tidak ada sama sekali,” kata dia.

Dia justru membandingkan dengan proyek serupa yang ada di Iran. Di sana justru lebih murah. “Dari yang saya dengar, proyek kereta cepat di Iran lebih murah tidak sampai Rp80 triliun,” katanya.

Kata dia, sebaiknya pemerintah jangan tergesa-gesa. Perlu dikaji lagi lebih mendalam dengan panjang sekian dan kecepatan sekian, dan berapa biaya di luar sana. “Kalau harganya terlalu jauh dari yang di luar itu jadi aneh. Jadi tanda tanya publik, ada apa ini?” katanya.

Dia menyorot, kajian dari proyek itu memang belum mendalam. Sehingga proyek ini bakal mubazir. “Dan kebutuhan inftastruktur kereta cepat Jakarta-Bandung itu tidak penting banget. Lebih baik memperbaiki kereta yang sudah ada dulu,” tegasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan