Ternate, Aktual.com — Merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat mulai menimbulkan dampak negatif terhadap penjualan produk Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kota Ternate, Maluku Utara.
“Dari semua UKM yang ada yang paling berpengaruh adalah UKM yang bergerak di bidang perbatikan,” kata Direktur Utama Batik Tubo, Kustalany Syakir di Ternate, Selasa (8/9).
Dia menjelaskan, seiring dengan naiknya nilai dollar yang telah menembus angka di atas 14 ribu lebih, ternyata sangat berdampak pada kebutuhan bahan pokok batik yang perlahan-lahan mengalami kenaikan secara berkala.
Menurut dia, hal ini memang berdampak pada usaha industri menengah terutama usaha batik, karena kita tahu bahan baku untuk batik itu rata-rata di impor dari luar, misalkan bahan katun, itu di impor dari Negara Cina, terus pewarnaan, itu juga seluruhnya di impor dari Negara India dan Thailand, jadi secara otomatis ketika kenaikan kurs dollar itu sangat berpengaruh pada bahan baku.
Sebelum nilai tukar rupiah terhadap dollar melemah, harga bahan baku seperti pewarnaan jenis sol dan napto masih normal. Namun setelah terjadi pergeseran nilai dolar yang kian hari terus menguat ternyata telah ikut mempengaruhi harga pangsa pasar bahan baku batik.
“Seperti bahan pewarnaan, dulu waktu kurs dollar masih di angka Rp12 ribu, waktu itu kita order masih dengan harga Rp 900 ribu per kg yang jenisnya sol, termasuk juga yang jenisnya napto juga terjadi kenaikan disitu dari yang tadinya masih dengan harga Rp 400 ribu per kilo, dia melonjak sangat luar biasa sampai Rp 600 per kg,” katanya.
Dia khawatir, jika kondisi perekonomian Indonesia yang kian hari terus stagnan diangka relatif tinggi ini, maka yang ditakutkan adalah imbas terhadap tenaga kerja yang dipekerjakan, karena UKM ini tidak seperti perusahaan besar lainnya.
“Jadi disini kita harus bijaki terutama bahan baku pokok untuk produksi batik, artinya kita selalu berharap bahwa ketika terjadi lonjakan harga seperti ini, pemerintah pusat dalam hal ini sebagai pengambil kebijakan terkait dollar agar bertindak ekstra cepat, karena semakin berlarut permasalahan ini akan berdampak pada harga jual yang akan dilakukan penyesuaian nantinya, memang untuk wilayah Malut, dengan harga jual batik yang ada ini klasifikasinya sudah bisa bersaing,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh: