Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia Din Syamsudin - Umat Islam dalam pembangunan Indonesia. (ilustrasi/aktual.com)
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia Din Syamsudin - Umat Islam dalam pembangunan Indonesia. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsudin, menyatakan akan menggunakan rapat pleno MUI yang ke-17 sebagai momen berdialog agar umat Islam dapat unjuk gigi serta mempunyai peran yang lebih dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Kita akan berdialog berupa tanggapan atau pandangan kritis soal harga diri dan kejayaan politik umat Islam,” kata Din saat membuka rapat, di Gedung MUI, Jakarta Pusat, Rabu (26/4).

Menurut dia, seharusnya umat Islam mampu lebih berperan aktif dalam kehidupan politik Indonesia. Hal ini disebutnya dapat menekan tingkat ketidakadilan karena nilai-nilai Islam bersifat universal, tidak sempit dan diskriminatif.

“Membela kepentingan umat Islam artinya membela kepentingan rakyat Indonesia. Karena itu, diharapkan ada solusi yang harus dilakukan oleh parpol dalam memperjuangkan umat Islam yang berhimpit dengan kepentingan masyarakat,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Presiden PKS, Sohibul Iman mengingatkan agar persatuan umat tidak hanya disaat tersinggung harga diri karena ada seorang penista agama saja. Akan tetapi, persatuan umat diharapkannya juga terjadi di dalam kondisi apapun.

“Umat ini selalu bergerak saat disinggung. Harusnya bekerja sektor kondusif. Jadi harusnya bisa bekerja di sektor kondusif. Jadi saat-saat tidak ada yang menista, juga harus bersatu,” kata Sohibul.

Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengumpulkan petinggi partai politik untuk rapat pleno di Gedung MUI, Jakarta Pusat, Rabu (26/4).

Rapat yang mengangkat tema ‘Membangkitkan Marwah Politik Umat Islam’ ini dihadiri oleh Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsudin, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon, Presiden PKS Sohibul Iman, Wakil Sekjen PDIP Achmad Basarah, dan juga politisi Partai Golkar Ali Mochtar Ngabalin.

(Teuku Wildan)

Artikel ini ditulis oleh: