Suasana Jelajah Virtual ke UMKM binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) di Waru Sidoarjo, UD KS Pro yang dipandu oleh Fasilitator Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) YDBA di Waru Sidoarjo, Azzuhi Tri Ahara. Jelajah Virtual yang dilakukan ke dua UMKM, yaitu PT Borneo Iban Jaya Perkasa dan UD KS Pro ini diselenggarakan YDBA untuk mengetahui kondisi bisnis UMKM di tengah pandemi yang melanda Indonesia hampir satu tahun, Selasa (16/2).

Jakarta, Aktual.com – Go-digital atau merambah pasar digital sudah menjadi keharusan bagi Usaha Menengah Kecil Mikro (UMKM), terlebih di tengah pandemi COVID-19, seperti sekarang ini agar bisa tetap bertahan.

Meskipun sudah memiliki keunikan dan pasar tersendiri, selama pandemi berlangsung, transaksi offline tidak akan bisa lancar seperti sedia kala (sebelum pandemi), kata Ketua Asosiasi UMKM Indonesia Ikhsan Ingratubun.

“Masalahnya teman-teman di daerah tidak banyak yang mengerti soal digitalisasi. Asosiasi juga rajin buat pelatihan, tapi tidak bisa menjangkau semuanya. Selain pemerintah, kalau ada perusahaan digital swasta yang bisa bantu tentu akan lebih baik,” katanya dalam pernyataan pers, dikutip Rabu (26/5).

Di sisi lain, pandemi juga dinilai sebagai momentum bagi UMKM di Indonesia untuk tumbuh di tengah gelombang pemutusan hubungan kerja sektor formal

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan pandemi akan membuat adanya gelombang UKM baru yang bermunculan karena banyak pekerja dari sektor formal yang terkena PHK.

Momen ini bisa dimanfaatkan untuk menumbuhkan ekosistem kewirausahaan nasional. Pelaku UKM juga perlu mempersiapkan bisnisnya secara serius dengan berbagai persiapan, kata ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira.

“Pendampingan dan pendanaan sangat diperlukan kehadirannya. Begitu juga digitalisasi yang memberi nilai tambah bagi UKM yang sangat positif,” kata Bhima.

Pandemi memang merupakan pukulan berat bagi dunia usaha, tapi bagi pelaku UMKM yang kreatif dan adaptif terhadap dunia digital bakal mempunyai daya tahan yang lebih baik, sebagaimana dialami Ruth Nathalia, COO Pempek Rama yang sudah beroperasi 33 tahun di Kota Bandung.

“Pada awal pandemi tahun lalu, omzet sempat turun. Untungnya, beberapa bulan sebelum pandemi, kami sudah mulai lakukan adaptasi digital, dengan menerima pesanan via online, promosi sosial media, endorse influencer, dan lainnya. Semua kami lakukan karena kami paham kalau hanya mengandalkan cara lama, bisa tenggelam,” katanya.

Ruth berpikir, logikanya, para pelanggan Pempek Rama tetap ada, mereka hanya tidak bisa pergi untuk santap langsung. Pemikiran ini membuatnya makin mantap transformasi bisnis ke digital.

Namun, go-digital ternyata tidak sebatas promosi di media sosial. Perlu banyak strategi yang dipersiapkan agar hasil go-digital bisa sesuai harapan.

“Kami merasakan sendiri manfaat digitalisasi selain bisa tetap menjaga pelanggan lama, kami juga bisa ekspansi ke pelanggan baru secara signifikan,” jelas Ruth.

“Sebetulnya dalam digitalisasi itu yang paling vital adalah pada pengelolaan pencatatan transaksi, ya. Itu mengapa keberadaan aplikasi e-commerce ini sangat dibutuhkan. Terlebih di era sekarang ini, saat orang lebih berhitung dalam pengeluaran operasionalnya,” kata Ruth.(Antara)

Artikel ini ditulis oleh:

Warto'i