Surabaya, Aktual.com — Badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang bergerak di bidang pendidikan dan kebudayaan (UNESCO) menggandeng Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya guna mengembangkan pendidikan berbasis pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di kampung dan sekolah.

Juru bicara ITS sekaligus sebagai ketua peneliti untuk pengembangan sekolah, Dr Agnes Tuti Rumiati, M.Sc, di kampus setempat, Minggu (3/4), mengatakan ITS digandeng dalam program Education for Sustainable Development (ESD) oleh UNESCO, karena ITS dinilai telah berhasil merintis berbagai program untuk kampung-kampung di Surabaya.

Sementara untuk program sekolah belajar dari sekolah Adiwiyata dan Green School Action Project (GSAP) yang diintegrasikan dengan pembelajaran tematik dengan berbagai inovasi terhadap pembudayaan karakter di lingkup sekolah.

“Penularan terhadap kampung dan sekolah yang ada di Surabaya dilakukan di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai pilot project. Hasilnya, cukup signifikan, sekolah dan masyarakat di Mataram khususnya yang menerima program itu telah menerima manfaat dan perubahan yang sangat berarti,” katanya.

Perempuan yang kini dipercaya sebagai Sekretaris ITS itu mengungkapkan program ini sudah berjalan dua tahun dan kini memasuki tahun terakhir untuk melakukan evaluasi program. “Hasilnya sangat-sangat bermanfaat dan bahkan pihak UNESCO sudah mengundang beberapa negara seperti Malaysia, Fiji, dan negara-negara di kawasan Pasifik untuk menduplikasi program ini,” kata dosen Jurusan Statistika ITS ini.

Di lingkup sekolah, katanya, dengan menerapkan siklus penjaminan mutu pendidikan, maka keberhasilan yang dapat terukur dan dirasakan secara nyata adalah berubahnya manajemen sekolah, cara keterampilan guru menerapkan pendekatan tematik berbasis pada materi pembangunan berkelanjutan.

Selain itu, perubahan karakter peserta didik terutama tumbuhnya karakter saling menghargai sesama peserta didik serta kebiasaan peserta didik yang peduli terhadap lingkungan.

“Sebelum tersentuh program ESD, karakter siswa di sana terkenal keras, kurang menghargai sesama teman. Lewat sentuhan program mingguan saling tukar menukar kado, misalnya, kebiasaan peserta didik di sana kini sudah berubah, lebih bisa menghargai antarteman,” ujarnya.

Sementara itu, Koordinator Nasional Education for Sustainable Development Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), Prof. Ir. Noor Endah Mochtar, M.Sc., Ph.D, mengatakan, program ini adalah bagian dari kontribusi dan peran serta Indonesia sebagai anggota UNESCO untuk berbagi pengalaman dan upaya menyebarluaskan keberhasilan di bidang pendidikan dan kebudayaan.

“Kami memilih Kota Surabaya dan menggandeng ITS mengingat prestasi dan pengalaman kampus ini cukup berhasil dalam menata kampung dan memberdayakan masyarakatnya. Pengalaman di sekolah dan kampung Surabaya inilah yang kemudian diduplikasi kampung dan sekolah di Mataram, NTB,” ungkapnya.

Ke depan, kata Noor Endah, jika UNESCO memandang keberhasilan ini perlu diduplikasi dan ditularkan di beberapa negara, maka pihaknya siap untuk melakukannya.

“Yang jelas, atas dukungan pemerintah daerah serta keinginan masyarakat yang ingin berubah, program ini sangat bermanfaat dirasakan oleh masyarakat dan sekolah di Mataram. Bahkan di luar dugaan, perubahannya tidak hanya pada lingkungan di mana program ini diberikan, tetapi sudah menyentuh pada kebiasaan masyarakat dan peserta didik,” paparnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Arbie Marwan