Ratusan rumah terendam banjir yang berada di kawasan Karet, Pasar Baru, Jakarta Pusat, Selasa (21/2/2017). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan bahwa ada 54 titik banjir yang tersebar di wilayah Jakarta dengan ketinggian bervariasi. AKTUAL/Munzir
Sejumlah warga menerobos banjir yang merendam ratusan rumah di kawasan Karet, Jakarta Pusat, Selasa (21/2/2017). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan bahwa ada 54 titik banjir yang tersebar di wilayah Jakarta dengan ketinggian bervariasi. AKTUAL/Munzir

Jakarta, Aktual.com – Perwakilan Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa Bangsa (UNFPA) untuk Indonesia Martha Ismail, mengatakan perempuan berisiko mengalami kekerasan empat kali lebih banyak saat terjadi bencana daripada pada saat situasi normal.

“Karena itu, isu gender dalam kebencanaan sangat penting. Pada situasi normal saja, satu dari tiga perempuan mengalami kekerasan selama hidupnya,” kata Martha dalam bincang-bincang dengan media yang diadakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Jakarta, Jumat (20/4).

Martha mengatakan pada saat tsunami di Aceh pada 2004, data yang sama juga ditemukan. Selain itu, bencana tsunami saat itu juga lebih terasa dampaknya bagi perempuan daripada laki-laki.

“Mengapa mereka lebih berdampak? Karena perempuan lebih banyak bekerja di ranah domestik, mereka terperangkap di dalam rumah sehingga tidak bisa melarikan diri saat terjadi bencana,” tuturnya.

Begitu pula dengan cara berpakaian. Ketika tsunami Aceh terjadi, masih banyak perempuan bekerja di rumah, sehingga hanya mengenakan daster yang membuat mereka kesulitan berlari atau berenang untuk melarikan diri.

Martha mengatakan kebijakan kebencanaan yang responsif gender merupakan satu hal yang penting, karena Indonesia termasuk wilayah yang banyak mengalami bencana.

“Menurut data dari Badan Penanggulangan Bencana Nasional, 97 persen penduduk Indonesia berisiko terkena bencana dan 60 persen diantaranya berada di wilayah risiko bencana tinggi dan menengah,” katanya.

Bincang-bincang dengan media yang diadakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menghadirkan sejumlah narasumber.

Selain Martha, narasumber lainnya adalah Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan Dalam Situasi Darurat dan Kondisi Khusus Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nyimas Aliah dan Humanitarian Focal UNFPA Elisabeth Sidabutar.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: