Jakarta, Aktual.co — Sekitar 3.000 kasus penyakit kolera dilaporkan telah terjadi di Tanzania, terutama di antara para pengungsi Burundi yang melarikan diri karena pergolakan politik, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa, sekaligus menambahkan bahwa terdapat 400 kasus baru terhitung setiap harinya.
“Sejauh ini, 31 orang telah meninggal akibat penyakit yang ditularkan melalui air tersebut di daerah sekitar barat kota perbatasan Kaguna, Tanzania, yang dibanjiri pengungsi,” kata badan pengungsi PBB, UNHCR, Jumat (22/5).
Semua korban meninggal, kecuali dua di antaranya, merupakan pengungsi Burundi, dan sebagian besar adalah anak-anak.
“Situasi ini serius,” kata Paul Spiegler, ahli medis utama di badan pengungsi PBB.
Di Kaguna, kota perbatasan Tanzania dan Burundi, di tepi Danau Tanganyika, lebih dari 50.000 pengungsi berjuang dalam kondisi memprihatinkan.
“Jumlahnya meningkat 300 hingga 400 kasus baru per hari, khususnya di Kaguna dan sekitarnya,” kata juru bicara UNHCR Adrian Edwards.
“Pada tingkatan ini, kasus lebih lanjut diperkirakan akan kembali muncul lagi selama beberapa hari berikutnya sampai situasi bisa benar-benar dikendalikan,” katanya, menambahkan bahwa UNHCR telah bekerja dengan Kementerian Kesehatan Tanzania dan organisasi kemanusiaan lainnya untuk menghentikan wabah tersebut.
Kolera ditularkan melalui air minum yang terkontaminasi, dan UNHCR mengatakan bahwa kepadatan penduduk dan kondisi yang tidak sehat di Kaguna, serta konsumsi air langsung dari danau, dipercaya telah memicu wabah.
UNHCR dan mitranya sedang berjuang untuk memindahkan pengungsi dari Kaguna, yang terletak di semenanjung sempit yang dikelilingi pegunungan curam, menuju Provinsi Kigoma di sebelah barat, tempat kamp pengungsi Nyanrugusu berada.
Mereka dipindahkan dengan menggunakan kapal dan bus, atau dengan berjalan kaki.
Mengingat risiko memindahkan pengungsi yang terjangkit kolera, Spiegler mengatakan bahwa “kepadatan mengerikan” di Kaguna membuat organisasi-organisasi kemanusiaan menyerukan bahwa lebih banyak orang akan mati jika mereka tinggal diam di sana.
“Kami memperkirakan hal yang, sayangnya, lebih buruk,” katanya, menambahkan bahwa UNHCR berharap untuk memindahkan pengungsi dalam seminggu.
Artikel ini ditulis oleh:
















