Namun, Trump sebelumnya disebutkan aakan mempertahankan rencana kesepakatan antara Perdana Menteri Australia Turnbull dan mantan Presiden AS Barack Obama pada bulan November 2016 itu. Namun, Trump dikabarkan marah sambil menyebut kebijakan kebodohan, dan para pencari suaka akan menjadi sasaran pemeriksaan ekstra ketat.
Berdasarkan atas kesepakatan itu, AS akan menerima sekitar 1.250 pencari suaka yang ditahan di pusat pemprosesan di Australia di pulau terpencil di Pasifik, di Papua Nugini dan Nauru.
Sebagai imbalannya, Australia akan menempatkan para pengungsi dari El Salvador, Guatemala dan Honduras.
Beberapa upaya penempatan para pencari suaka di Kamboja dan Malaysia dalam beberapa tahun terakhir telah menuai kegagalan bagi Australia, dan Turnbull menjelaskan kegagalan kesepakatan dengan AS tersebut sebagai solusi bagi para pencari suaka yang juga pedoman bagi kebijakan ketat mereka.
Berita itu disebutkan menimbulkan ketakutan di antara pengacara dan pendamping pengungsi bahwa pemeriksaan ekstra ketat oleh Trump secara efektif akan mengusir sebagian besar pencari suaka di Pulau Nauru dan Pulau Manus.
Kesepakatannya dengan Kamboja dan Malaysia menuai kegagalan karena hanya dua pengungsi ditempatkan di Kamboja dengan biaya 40 juta dolar Australia (sekitar Rp403 miliar) dan Mahkamah Agung Australia membatalkan rencana pertukaran pengungsi dengan Malaysia, sedangkan pembicaraan dengan Kanada belum dilakukan.
ant
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby