Sejumlah anak melintasi jembatan tangga saat edukasi kebencanaan di Balai Kota Yoyakarta, Rabu (26/8). Pelatihan yang digagas oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Yogyakarta itu guna melatih ketangkasan serta keberanian anak-anak. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/pd/15.

Jakarta, Aktual.com — Organisasi naungan PBB untuk anak-anak, UNICEF, mencatat bahwa angka kematian balita di Indonesia menurun signifikan, yakni dari 84 kematian per seribu kelahiran pada 1990 menjadi 27 kematian per seribu kelahiran pada 2015.

“Menyelamatkan nyawa jutaan dalam 25 tahun terakhir merupakan sebuah pencapaian besar untuk Indonesia,” kata Kepala Perwakilan UNICEF Indonesia Gunilla Olsson melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (16/9).

Menurut laporan terbaru dari UNICEF Global, penurunan ini telah menyelamatkan lebih dari lima juta anak Indonesia yang mungkin akan meninggal dunia jika angka kematian tetap pada level di tahun 1990.

Sebanyak 395.000 anak di Indonesia pada 1990 diperkirakan meninggal sebelum sempat menginjak usia 5 tahun, sedangkan tahun ini berkurang hingga 147.000 anak.

Oleh karenanya, UNICEF menyayangkan masih ada sekitar 150.000 anak Indonesia yang kemungkinan meninggal setiap tahun sebelum merayakan hari ulang tahun mereka yang kelima.

Namun di sisi lain, masih ada tingginya disparitas di Indonesia dengan munculnya data yang menyatakan bahwa kematian anak di Papua tiga kali lebih tinggi dari di Jakarta.

“Hampir separuh dari kematian balita terjadi dalam satu bulan pertama setelah kelahiran dan bisa dikaitkan pada komplikasi dari kelahiran prematur dan infeksi parah,” kata Gunilla.

Anak Indonesia juga masih dihadapi kekhawatiran tumbuh kerdil karena menderita kekurangan nutrisi berlebihan serta kesehatan anak yang buruk akibat buruknya sanitasi dan sekitar 52 juta orang Indonesia buang air besar sembarangan.

Adapun solusi sederhana dengan biaya yang minim untuk mendorong berkurangnya angka kematian balita, antara lain perluasan jangkauan imunisasi, pemberian vitamin A, ASI eksklusif dan pengobatan yang tepat terhadap penyakit umum.

Pemberian rehidrasi oral atau cairan elektrolit dan zat besi untuk diare serta penggunaan vaksin baru yang belum diperkenalkan di Indonesia, menurut Gunilla, bisa mengurangi angka kematian secara jangka panjang.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan