Jakarta, Aktual.com – Juru Bicara Organisasi Pekerjaan dan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Christopher Gunness memperingatkan mengenai situasi genting UNRWA dan Jalur Gaza.
UNRWA, yang dipandang sebagai organisasi kemanusiaan paling tua di dunia, masih berada di pinggir kesulitan keuangannya dengan meningkatnya krisis kemanusiaan di wilayah itu, yang menyelimuti ketergantungan yang meningkat pengungsi Palestina atas layanan UNRWA.
Dalam wawancara khusus dengan Xinhua –yang dipantau di Jakarta, Selasa (21/11), Gunness menjelaskan akar masalahnya ialah tak ditemukannya penyelesaian bagi nasib menyedihkan pengungsi Palestina dan keturunan mereka sampai saat ini.
“Pada saat ini, kami menghadapi defisit 77 juta dolar AS dalam anggaran operasi kami, yang, jujur saja, besar dan tak bisa diterima baik,” katanya.
Komisi penasehat tersebut terdiri atas donor utama dan pemerintah tuan rumah bagi operasi UNRWA, ia menambahkan.
Kebuntuan politik dan tak-adanya perdamaian serta “arah dan lintasan proses perdamaian sejak Oslo telah memiliki konsekuensi sangat langsung bagi UNRWA,” katanya.
Jalur Gaza menghadapi blokade ketat di wilayah Mesir dan wilayah Israel, dan Tepi Barat Sungai Jordan menghadapi pendudukan yang bertambah keras, kata Gunness. “Ada penyebaran ekstrem penghinaan yang dialami rakyat Palestina”, yang meningkatkan tuntutan akan layanan dan UNRWA harus menanggung biayanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka