Jakarta, Aktual.com – Militer Myanmar disebut tidak memberikan tanggapan positif atas upaya utusan khusus yang ditunjuk Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) untuk membantu penyelesaian krisis di negara itu.

Sikap militer Myanmar seperti itu disorot Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi setelah ia mengikuti rangkaian pertemuan para menlu ASEAN secara virtual pada Senin (4/10).

“Sejak pertemuan ASEAN Leaders’ Meeting enam bulan lalu di Jakarta, saya sampaikan tidak ada perkembangan signifikan di Myanmar,” kata Retno kepada media massa. Ia merujuk pada pertemuan para pemimpin ASEAN yang khusus dilakukan guna membahas isu Myanmar.

Menurut Menlu RI, sejak awal krisis politik di Myanmar –yang dipicu kudeta oleh militer terhadap pemerintah terpilih negara itu, ASEAN sebagai keluarga telah menawarkan bantuan untuk membantu Myanmar agar situasi tidak semakin memburuk.

Untuk itu, para pemimpin ASEAN telah bertemu dan menyepakati Konsensus Lima Poin, yang salah satunya berupa penunjukan utusan khusus ASEAN untuk Myanmar guna membantu memfasilitasi mediasi proses dialog di antara seluruh pihak di Myanmar.

Namun dua bulan sejak ditunjuk sebagai utusan khusus ASEAN untuk Myanmar, Menlu II Brunei Darussalam Erywan Yusof belum dapat mengunjungi negara itu untuk membantu proses perdamaian.

“Utusan khusus menyampaikan adanya tantangan, termasuk masalah kunjungan dan akses untuk bertemu dengan semua pihak,” tutur Menlu Retno.

Merespons perkembangan tidak menggembirakan atas situasi di Myanmar, sebagian besar negara anggota ASEAN disebut menyampaikan kekecewaan menyangkut implementasi Konsensus Lima Poin.

“Sebagian negara menyampaikan bahwa ASEAN tidak boleh bersikap business as usual (dengan cara yang normal atau biasa saja—red) mencermati perkembangan ini,” kata Retno.

Karena itu, Indonesia menilai sudah saatnya para menlu ASEAN melaporkan situasi ini kepada sembilan pemimpin ASEAN guna mendapat arahan mengenai pendekatan ASEAN dengan Myanmar selanjutnya, juga untuk mendorong implementasi Konsensus Lima Poin.

Konsensus tersebut terdiri dari pertama, kekerasan di Myanmar segera dihentikan dan semua pihak harus menahan diri sepenuhnya.

Kedua,  dialog konstruktif segera dibangun di antara semua pihak terkait di Myanmar untuk mencari solusi damai demi kepentingan rakyat.

Ketiga, utusan khusus ASEAN akan memfasilitasi mediasi proses dialog dengan bantuan Sekretaris Jenderal ASEAN.

Keempat, ASEAN akan memberikan bantuan kemanusiaan kepada Myanmar melalui AHA Centre.

Kelima, utusan khusus serta delegasi ASEAN akan mengunjungi Myanmar untuk bertemu semua pihak terkait.

ASEAN beranggotakan 10 negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Brunei Darussalam, Laos, Kamboja, Vietnam, dan Myanmar. (Antara)

Artikel ini ditulis oleh:

As'ad Syamsul Abidin