Penang, Aktual.com – Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat internasionalberupa pelatihan literasi keuangan bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Penang, Malaysia.
Kegiatan yang dilaksanakan pada 9 Agustus 2025 ini diikuti seratusan peserta yang mayoritas bekerja di sektor rumah tangga, jasa, dan restoran.
Menurut ketua pelakasana kegiatan, Amrie Firmansyah program ini diharapkan jadi jawaban atas kebutuhan nyata para PMI dalam mengelola keuangan pribadi maupun keluarga.
“Selama ini, remitansi dari Malaysia menjadi salah satu sumber devisa penting bagi Indonesia, tapi banyak PMI masih kesulitan dalam mencatat pengeluaran, merencanakan tabungan, dan mengalokasikan dana untuk kebutuhan jangka panjang,” ungkap kepada wartawan, Senin (8/9).
Amrie menjelaskan melalui pendekatan konsultasi partisipatif, kegiatan ini memberikan ruang bagi peserta untuk menyampaikan langsung persoalan keuangan yang mereka hadapi sehari- hari, sehingga solusi yang diberikan benar-benar sesuai konteks kehidupan mereka.
Menurutnya mayoritas Peserta mengungkapkan bahwa sebagian besar penghasilan diprioritaskan untuk pengiriman remitansi kepada keluarga di tanah air. Kondisi ini membuat ruang gerak keuangan pribadi menjadi terbatas.
Oleh karena itu, tantangan yang muncul tidak hanya terkait kemampuan menabung,tetapi juga kurangnya keterampilan mencatat dan merencanakan pengeluaran secara terstruktur.
Bagi PMI yang bekerja di sektor jasa dan restoran, tantangan semakin berat karena penghasilan mereka bersifat fluktuatif, bergantung pada jumlah pelanggan, jam kerja, dan tip harian.
Minimnya keterampilan akuntansi dasar membuat sebagian besar PMI mengandalkan ingatan dalam mengatur keuangan.Tanpa pencatatan tertib, alokasi dana sulit ditelusuri sehingga menimbulkan potensi pemborosan.
Dalam sesi konsultasi, banyak peserta menyadari bahwa pola ini menghambat mereka mencapai tujuan jangka panjang, seperti menabung untuk pendidikan anak atau mempersiapkan modal usaha di Indonesia.
Kegiatan ini memberikan kesempatan bagi setiap peserta untuk menceritakan pengalaman pribadi, sementara tim UPNVJ memberikan arahan serta strategi praktis yang bisa segera diterapkan.
Model konsultasi ini dipandang lebih efektif dibanding penyuluhan teoritis semata, karena menyentuh langsung masalah riil yang dihadapi PMI.
Salah satu temuan menarik dari pendampingan ini adalah kesadaran bahwa mayoritas PMI belum memiliki rencana keuangan jangka panjang.
Meski penghasilan rutin mereka cukup untuk kebutuhan harian dan remitansi keluarga, hanya sedikit yang memiliki tabungan berjangka atau investasi produktif.
Mayoritas lebih berfokus pada konsumsi sehari-hari baik di Malaysia maupun di Indonesia. Situasi ini menegaskan perlunya edukasi finansial yang tidak hanya menekankan keterampilan teknis pencatatan, tetapi juga membangun pola pikir tentang pentingnya menabung dan berinvestasi.
Tim UPN Veteran Jakarta memperkenalkan metode sederhana pencatatan keuangan yang dapat diterapkan tanpa teknologi canggih. Sistem ini membagi alokasi pengeluaran ke dalam pos pokok, remitansi, tabungan, dan kebutuhan darurat. Peserta dilatih menyisihkan sebagian kecil dari penghasilan ke tabungan atau dana darurat agar memiliki kendali lebih baik atas aliran keuangan mereka.
Selain itu, diskusi juga menyoroti perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Tekanan sosial dan budaya sering kali membuat PMI mengirimkan uang lebih banyak kepada keluarga, sehingga kebutuhan pribadi (seperti kesehatan atau pendidikan lanjutan) terabaikan.
Melalui konsultasi ini, mereka didorong untuk menyeimbangkan kewajiban keluarga dengan kepentingan pribadi demi menjaga keberlanjutan finansial.
Kegiatan ini juga didapati perbedaan strategi pengelolaan keuangan antar-sektor. PMI di sektor rumah tangga cenderung memiliki penghasilan bulanan yang tetap sehingga pola pengeluaran lebih teratur, meskipun terbatas. Sebaliknya, PMI di sektor jasa dan restoran harus lebih fleksibel mengatur penghasilan harian yang tidak menentu.
Perbedaan karakteristik ini menuntut pendekatan literasi keuangan yang disesuaikan dengan kondisi tiap sektor.
Penguatan literasi keuangan bagi PMI tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga memberi dampak ekonomi yang lebih luas.
Remitansi yang dikelola dengan baik dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga penerima, membiayai pendidikan, serta mendorong terciptanya usaha produktif di Indonesia. Dengan demikian, literasi keuangan PMI dapat menjadi instrumen penting dalam memperkuat kontribusi remitansi terhadap perekonomian nasional.
Melalui program pengabdian ini, UPN Veteran Jakarta menunjukkan komitmen untuk memperluas peran akademisi di tingkat internasional. Universitas tidak hanya berfokus pada penelitian dan pengajaran, tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial untuk memberikan solusi atas permasalahan nyata yang dihadapi masyarakat, termasuk komunitas PMI.
“Kegiatan di Penang ini kami harap menjadi model berkelanjutan yang dapat direplikasi di negara penempatan PMI lainnya,”pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain

















