Jember, Aktual.com – Gempa Bumi yang terjadi di selatan laut Kabupaten Jember pada, Kamis (16/12) lalu, mendapat sorotan soal kualitas bangunan yang buruk dari Koodinator Bidang Mitigasi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Atas sorotan ini, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar parawansa, bersama BMKG pusat dan didampingi Bupati Jember Hendy Siswanto, mengecek langsung ke lokasi pada, Sabtu (18/12).
Menurut Gubernur Jawa timur Khofifah Indar parawansa, BMKG sudah memberitahu serta menjelaskan terkait antisipasi mitigasi secara serius, khususnya untuk Jawa Timur sendiri.
“jadi pada dasarnya, ibu Kepala BMKG sudah dua kali menjelaskan tentang beberapa hal yang harus diantisipasi di mitigasi secara serius oleh Jawa Timur, itu juga dilakukan kepada provinsi-provinsi yang lain, pertama ada peta terhadap patahan-patahan di lempengan bumi di area Jawa Timur dan beliau memberikan peta di daerah ini daerah ini sehingga ada kewaspadaan kewaspadaan yang sudah harus terkonfirmasi dengan para kepala daerah setempat,” ujar Gubernur Jatim.
Selain itu, Gubernur Khofifah juga mengatakan, bahwa semuanya sudah disampaikan oleh BMKG, dimana lokasi – lokasi yang sangat berpotensi dampak dari gampa tersebut.
“Dari patahan – patahan lempengan bumi pun, juga sudah di presentasikan oleh beliau. kemudian, terhadap potensi megatras ibu kepala BMKG pun sudah melakukan penjajakan, sesuatu yang kita tidak harapan tapi kalau itu terjadi misalnya potensi 29 meter tsunami kira – kira kalo masyarakat akan melakukan evakuasi ke titik mana butuh berapa menit, titik-titik mana dan berapa menit beliau sendiri sudah melakukan apa uji cobanya. saya bersama pangdam beserta Kapolda dalam waktu yang berbeda Kita juga melakukan hal yang sama,” jelas Gubernur Khofifah.
Sebagai informasi, gempa berkekuatan 5,1 SR terjadi pada Kamis (16/12) pukul 06:01:33 WIB. Gempa berpusat pada lintang 8.55 LS, bujur 113.49 BT dengan kedalaman 10 Km. BMKG memastikan bahwa kekuatan 5,1 SR ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
Meskipun demikian, gempa tersebut dirasakan di Kab. Jember dengan intensitas IV MMI, Kab. Banyuwangi dengan intensitas II-III MMI, Kab. Malang dengan intensitas II MMI, Kab. Lumajang dengan intensitas I-II MMI, Kab. Bondowoso dengan intensitas I-II MMI, serta Kab. Trenggalek yang berintensitas I-II MMI.
Berdasarkan data BPBD setempat, sedikitnya terdapat 46 unit rumah yang mengalami kerusakan. Di mana, 34 unit mengalami rusak ringan, 11 unit mengalami rusak sedang, dan 1 unit mengalami rusak berat. Sementara, 5 unit fasilitas umum berupa 4 sekolah dan 1 gedung juga terdampak gempa tersebut.
Sementara, 6 warga mengalami luka ringan. Di antaranya adalah Siti Ulfia (30 tahun), Tari (75 tahun), Abd. Rosid (-), Endang Susilowati (19 tahun), Solikin Hermanto (52 tahun),dan Dewi Maratus S. (13 tahun).
Sementara itu, Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BKMG Pusat, Rahmat Triyono, bahwa sebenarnya gempa berkekuatan 5,1 SR itu tidak berpotensi menimbulkan tsunami maupun kerusakan parah. Hanya saja, permasalahan ada pada struktur bangunan warga yang tidak kuat.
“Jadi ini ada yang salah kalau sampai ada kerusakan seperti ini. Nah, ini biasanya ada pada konstruksi warga yang tidak kokoh dan kuat. Ini yang seharusnya diperbaiki,” terangnya.
Rakhmat menambahkan, pemerintah berperan penting dalam menanggulangi hal-hal seperti ini. Ia berpendapat, harus ada kebijakan ketat terkait pembangunan suatu bangunan.
“Ini tugas kita bersama. Pemerintah harus ketat dalam memberikan ijin untuk bangunan. Pengecekan konstruksi harus ketat pula. Jadi struktur bangunan harus dibuat siap untuk skenario terburuk,” tekannya.
Di akhir, Rakhmat menjelaskan bahwa masih akan ada potensi gempa berkekuatan besar yang timbul di selatan Jawa Timur. Untuk itu, sudah harus ada penanganan dan persiapan dari sekarang.
“Skenario terburuk ada di Selatan Jawa dengan skala VI VII MMI. Potensi kerusakan luar biasa dan bisa menimbulkan tsunami sampai 29 meter. Kerusakan juga berdampak ke 200-250 km dari bibir pantai. Sumber gempa sudah ada di sana dengan magnitudo 7.0, termasuk di daratan juga ada. Jadi kita sudah harus bersiap dari sekarang,” tutupnya.
Ditempat yang sama, Bupati Jember Hendy Siswanto, menyampaikan bahwa pasca terjadinya gempa beberapa hari lalu ini, Gubernur Jawa timur bersama BMKG melakukan pengecekan terhadap korban gempa yang mengalami rumahnya rusah parah.
“Hari ini ibu gubernur berkunjung ke Jember, untuk mengecek korban gempa kemarin, dimana puluhan rumah di Jember mengalami kerusakan parah akibat gempa dengan kekuatan 5,1 Magnitudo,” ujar Bupati Hendy.
Selain itu, Bupati Hendy juga menuturkan bahwa rumah yang mengalami kerusakan tersebut, memang kontruksinya tidak maksimal, sehingga perlu dievalusi kembali.
“gempa yang terjadi kemarin itu sebenarnya tidak terlalu besar. tetapi, memang rumah-rumah yang ada di Jember yang sekitar pantai itu kontruksinya memang kurang maksimal. sehingga, mengalami retak – retak,” ungkap Bupati Hendy.
Terakhir Bupati Hendy mengatakan, sesuai dengan perintah gubernur, harus lebih serius lagi dalam penanganan gempa ini dengan memberikan jalur khusus evakuasi disaat bencana terjadi nantinya.
“Dan hari ini ibu gubernur kesana dan lebih lebih serius lagi adalah bagaimana kami Jember harus siap dengan jalur – jalur evakuasi ini yang perintah dari gubernur, sehingga kita lebih siap lagi apabila terjadi sesuatu terjadi nanti,” tutupnya.
(Aminudin Aziz)
Artikel ini ditulis oleh:
A. Hilmi