Jakarta, Aktual.com — PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) atau Superbank menatap masa depan bisnisnya dengan optimisme usai resmi mencatatkan saham perdana (Initial Public Offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (17/12/2025). Optimisme tersebut didorong oleh besarnya potensi pertumbuhan industri perbankan digital di Indonesia yang dinilai masih belum tergarap maksimal.
Direktur Superbank Tigor M. Siahaan mengungkapkan tingkat penetrasi digital perbankan nasional saat ini masih sangat rendah. “Digital banking di Indonesia mungkin baru sekitar 1 persen. Padahal masyarakat sudah sangat terbiasa menggunakan ponsel. Aspek kemudahan, transparansi, dan keamanan menjadi kunci,” ujarnya.
Selain digitalisasi, peluang juga datang dari sisi pembiayaan. Dengan populasi sekitar 280 juta jiwa, tingkat penetrasi kredit Indonesia masih berada di kisaran 30–35 persen, jauh di bawah negara lain yang telah melampaui 100 persen. Kondisi tersebut mencerminkan masih luasnya ruang ekspansi akses perbankan.
“Artinya, akses terhadap kredit masih sangat terbuka, terutama untuk segmen yang belum tersentuh layanan perbankan formal,” kata Tigor.
Dalam IPO ini, Superbank berhasil menghimpun dana sebesar Rp2,79 triliun. Berdasarkan laporan keuangan, modal inti perseroan per September 2025 tercatat Rp4,88 triliun dan meningkat signifikan pada Desember 2025.
Tigor menyebutkan bahwa secara aktual posisi permodalan Superbank telah mencapai sekitar Rp8 triliun, sehingga telah memenuhi kualifikasi Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) II. “Secara kriteria kami sudah masuk KBMI II, meskipun tetap mengikuti proses penilaian OJK,” ujarnya.
Dengan kondisi tersebut, manajemen menilai kebutuhan modal jangka pendek hingga menengah relatif aman. Fokus perusahaan diarahkan pada pertumbuhan berkelanjutan, bukan ekspansi agresif semata.
Dari sisi operasional, Superbank masih mengandalkan pendekatan berbasis ekosistem melalui kolaborasi dengan platform digital seperti Grab dan OVO. Pendekatan berbasis data dinilai efektif menjaga kualitas kredit, terutama dalam menjangkau pelaku usaha mikro.
Hingga Oktober 2025, Superbank membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp102 miliar. Peningkatan pendapatan bunga bersih, pertumbuhan dana pihak ketiga, serta ekspansi kredit mendorong kenaikan total aset secara signifikan.
Ke depan, manajemen menegaskan bahwa keseimbangan antara ekspansi, kualitas aset, dan pengelolaan risiko akan menjadi kunci menjaga momentum pertumbuhan.
(Rachma Putri)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka Permadhi

















