Jakarta, Aktual.com – Pemerintah tetap menargetkan proyek pembangunan pembangkit listrik mencapai 35.000 MW hingga tahun 2019 yang akan masuk dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).
“Dalam RUEN telah diputuskan, walaupun untuk mencapai itu bukan persoalan mudah, Presiden dan Wapres tetap memutuskan itu, tetap merupakan target hingga 2019,” kata Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung usai rapat terbatas kabinet di Kantor Presiden Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (5/1).
Pramono menyebutkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wapres M Jusuf Kalla memimpin dua rapat terbatas secara berurutan yaitu rapat paripurna Dewan Energi Nasional (DEN) dan ratas membahas tol laut dan jembatan udara.
Seskab menyebutkan Rapat Paripurna DEN membahas dua hal yaitu mengenai RUEN dan pengembangan penggunaan energi baru dan terbarukan.
“Terkait RUEN tadi sudah disepakati Presiden dan mudah-mudahan dalam minggu ini Perpresnya dapat segera dikeluarkan,” kata Pramono dalam konferensi pers bersama Menhub Budi Karya Sumadi.
Pramono menyebutkan walaupun dalam perhitungan baik oleh PLN maupun pihak Kementerian ESDM hingga tahun 2019 kemungkinan hanya bisa dicapai kurang lebih 20.000-22.000 MW, tetapi Presiden tetap menetapkan proyek listrik tetap ditargetkan 35.000 MW.
Sementara itu terkait energi baru dan terbarukan, menurut Pramono, Indonesia sudah meratifikasi kesepakatan internasional sehingga akan ikuti kesepakatan itu.
“Target pada 2017 walaupun estimasi baru bisa tujuh persen maka target ditetapkan 11 persen. Kemudian untuk 2025 targetnya adalah 25 persen,” katanya.
Ia menyebutkan Presiden meminta Kementerian ESDM dan DEN membuat cetak biru sehingga Indonesia tidak hanya bergantung pada energi fosil tapi mulai digunakan energi baru dan terbarukan.
Sebelumnya Presiden Jokowi menyebutkan Program Listrik 35.000 MW bukan saja target tapi merupakan kebutuhan.
“Kalau kelebihan saya kira juga tidak masalah asal tidak terlalu banyak karena nanti akan membuat pemborosan di PLN,” katanya.
Ia menyebutkan saat ini konsumsi listrik di Indonesia masih rendah dibanding di negara lainnya yaitu hanya 917 Kwh pada 2015 sementara di Vietnam sudah 1.715 Kwh bahkan Singapura sudah 9.146 Kwh.
“Kalau kita ingin tumbuh cepat lagi melakukan pembangunan di seluruh pelosok Tanah Air maka kebutuhan listrik akan meningkat,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Arbie Marwan