Sebagai tanggapan, kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Israel mengharapkan Yordania untuk mengutuk aksi penyerangan itu.

Telah terjadi kekerasan sporadis di Israel dan wilayah Palestina sejak Oktober 2015, meski tidak terlalu sering melibatkan warga Yordania. Yordania dan Israel menandatangani sebuah kesepakatan damai pada 1994.

Sebanyak 37 warga Israel, dua turis Amerika dan seorang mahasiswa Inggris tewas terbunuh dalam serangan di jalanan yang telah berkurang dalam beberapa bulan terakhir, meski tidak berhenti.

Sedikit-dikitnya 244 warga Palestina telah tewas terbunuh sejak kekerasan dimulai, Israel mengatakan setidaknya 164 dari mereka adalah pelaku penusukan, penembakan atau serangan dengan menabrakkan mobil. Sedangkan lainnya tewas selama bentrokan dan unjuk rasa.

Israel mengatakan bahwa para petinggi Palestina telah menghasut warganya untuk berbuat kekerasan. Namun pihak berwenang Palestina, menyangkal tuduhan tersebut dan balik menuding dengan mengatakan bahwa dalam banyak kasus, Israel telah menggunakan kekuatan yang berlebihan dalam menggagalkan aksi serangan yang pelakunya hanya bersenjatakan perangkat sederhana.

Warga Palestina menginginkan Yerusalem Timur, Tepi Barat dan Jalur Gaza, wilayah yang direbut Israel dalam perang 1967, sebagai bagian dari negara masa depan mereka. Perundingan damai antara kedua belah pihak telah terhenti pada 2014.

Presiden AS Donald Trump bertekad menjadi perantara kesepakatan perdamaian bersejarah untuk mengakhiri sengketa Israel-Palestina. Dia akan melakukan perjalanan ke Timur Tengah pada bulan ini dan bertemu dengan pemimpin Israel dan Palestina secara terpisah pada 22-23 Mei.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Eka