Jakarta, Aktual.co — Warga Kelurahan Lawe-Lawe, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, mendesak pemerintah daerah setempat menutup terminal migas milik Chevron karena dinilai tidak memperhatikan masyarakat sekitar dan lingkungan.
Juru bicara warga Kelurahan Lawe-Lawe, Alfian mengatakan bahwa selain tidak memperhatikan masyarakat, keberadaan terminal yang terletak di wilayahnya juga telah menyebabkan kerusakan lingkungan.
“Bertahun-tahun, kami sebagai warga Lawe-Lawe tidak pernah diperhatikan, termasuk rusaknya lingkungan akibat kegiatan di Terminal Chevron Lawe-Lawe,” ujar Alfian di Penajam, Jumat (16/1).
Puluhan warga Kelurahan Lawe-Lawe pada Kamis (15/1) kemarin, mendatangi DPRD Penajam Paser Utara untuk menuntut penutupan Terminal Lawe-Lawe PT Chevron.
Menurut dia, pipa saluran milik perusahaaan migas tersebut telah menutupi saluran air di Sungai Lawe-Lawe sehingga sering menyebabkan banjir.
Bahkan, warga menduga pembuangan limbah dari terminal itu telah mencemari air Sungai Lawe-Lawe yang merupakan sumber air baku Perusahaan Air Minum Daerah (PADM) Penajam Paser Utara.
“Setiap turun hujan sungai meluap sehingga mengakibatkan banjir yang merendam rumah warga. Tidak menutup kemungkinan air limpahan dari PT Chevron mencemari sungai Lawe-Lawe,” tambahnya.
Ketua RT 07 Kelurahan Lawe-Lawe, Margono Santoso, meminta Badan Lingkungan Hidup Penajam Paser Utara melakukan audit internal terkait amdal (analisis mengenai dampak lingkungan) PT Chevron, karena warga menduga kegiatan terminal migas itu menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan.
“Warga ingin ada audit terkait pengelolaan limbah dan lingkungan PT Chevron. BLH bisa mengirim surat ke Kementerian Lingkungan Hidup untuk melakukan audit itu,” ujar Margono.
Selain itu, harus ada evaluasi penyaluran program Corporate Social Responsibility (CSR), karena selama ini PT Chevron tidak pernah menyalurkan CSR untuk kepentingan masyarakat dan lingkungan hidup.
Artikel ini ditulis oleh:

















