Megaproyek Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung (Aktual/Ilst.Nlsn)
Megaproyek Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung (Aktual/Ilst.Nlsn)

Jakarta, Aktual.com — Ditilik dari asas manfaat dan kebutuhan, proyek ambisius kereta cepat Jakarta-Bandung yang digarap PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) ini tak memenuhi kedua-duanya.

Menurut pengamat ekonomi dari Indef, Ahmad Hari Firdaus, jika Menteri BUMN, Rini Soemarno berkeinginan untuk membangun infrastruktur nasional, mesti melirik kondisi di luar Jawa. Di sana lebih membutuhkan dibanding proyek prestisius seperti kereta cepat itu.

“Ngapain bangun proyek kereta cepat. Apa manfaatnya? Tidak mendesak juga kan? Proyek itu tidak masuk akal,” tandas Heri ketika dihubungi Aktual.com, Kamis (4/2).

Dia melanjutkan, jika Rini tetap ngotot mau membangun proyek kereta cepat, jarak Jakarta-Surabaya lebih masuk akal, dibanding harus ngotot membangun untuk rute Jakarta-Surabaya.

“Terlalu pendek Jakarta-Bandung itu untuk ukuran kereta cepat. Mau dikaji dari mana pun, proyek ini tidak mendesak,” tutur Heri.

BJDwFbUpHUBahkan, ia menyarankan, kalau Rini peduli pengembangan infrastruktur, lebih baik perintahkan BUMN untuk fokus garap proyek infrastruktur di luar Jawa.

“Pembangunan insfrastruktur di luar Jawa lebih penting. Ini untuk mengurangi ketimpangan Jawa dan luar Jawa,” tegasnya.

Berdasar data tahun 2014, untuk distribusi infrastruktur nasional, luas Pulau Jawa yang hanya 7,2 persen dari wilayah Indonesia, tapi dihuni 58,6 persen penduduk nasional. Kondisi infrastrukturnya, irigasi 65,1 persen, jalan 27,3 persen, dan air minum 58,4 persen.

Sangat timpang dengan di luar Jawa. Di Pulau Kalimantan contohnya. Dengan luas 32,3 persen, hanya ditempati 5,6 persen penduduk nasional, dan kondisi infrastrukturnya, irigasi hanya 4,4 persen, jalan 14,9 persen, dan air minum 5,8 persen.

Jembatan-Gantung-090514Papua dan Maluku sendiri, luasnya 25 persen dari total wilayah, tapi penduduknya cuma dua persen. Dengan kondisi irigasi 0,2 persen, jalan 4,5 persen, dan air minumnya hanya 1,5 persen.

Disinggung proyek kereta cepat ini lebih mahal dari proyek serupa di Iran sana, dia tidak berani memastikan, karena tidak mengantongi data. “Tapi mungkin saja (lebih mahal). Cuma saya tidak berani memastikan,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka