Nota keuangan RAPBN 2018. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Rancangan APBN 2018 yang dibacakan Presiden Joko Widodo dalam Nota Keuangan di depan Sidang MPR lalu menargetkan defisit anggaran untuk tahun 2018 ditargetkan sebesar 2,19% atau sebesar Rp325,9 triliun.

Angka ini lebih rendah jika dibandingkan APBN-P 2017 sebesar 2,92% dan outlook APBN-P 2017 yang sebesar 2,67%. Besarnya target penerimaan pajak dan rendahnya belanja diklaim pemerintah membuat angka defisit relatif lebih rendah dibandingkan tahun 2017.

Untuk membiayai defisit anggaran itu, kata dia, Pemerintah akan menerbitkan utang baru sebesar Rp399,2 triliun.

“Namun, target utang Pemerintah tersebut masih rentan dikoreksi karena tahun 2018 Pemerintah harus membayar utang jatuh tempo sebesar Rp315,1 triliun,” kata ekonom muda INDEF, Bhima Yudhistira Adhinegara, di Jakarta, Minggu (20/8).

Dengan komposisinya terdiri dari 77,6% berbentuk surat utang dan 22,3% berbentuk pinjaman bilateral/multilateral. Terdapat dua skenario yang akan dilakukan Pemerintah yaitu pertama adalah meningkatkan jumlah utang saat pembahasan APBN 2018 dengan DPR. Kedua, menambah utang di semester kedua melalui pembahasan APBN-Perubahan 2018.

Dari sisi penerimaan negara tampaknya Pemerintah cukup agresif dengan memasang target yang tinggi sebesar Rp1.609,3 triliun. Hal ini terlihat dari kenaikan penerimaan pajak yang mencapai Rp136,6 triliun atau tumbuh 9.2% dibanding target APBNP 2017.

“Berkaitan dengan target penerimaan pajak, sebaiknya pemerintah sedikit berhati-hati karena tahun 2018 tidak ada penerimaan extra seperti tax amnesty,” jelas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka