Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani akhirnya angkat bicara terkait pembayaran utang. Kali ini, ia menekankan pada utang yang harus dibayarkan tahun 2019.
“Tahun depan berat, banyak utang di masa lalu yang jatuh tempo cukup tinggi di 2019,” kata Sri Mulyani dalam acara konfrensi pers Nota Keuangan dan RAPBN 2019 di Jakarta, Kamis (16/8) kemarin.
Menurutnya, jumlah utang pemerintah yang akan jatuh tempo pada tahun depan mencapai Rp 409 triliun, atau hampir 20% dari APBN 2019 sebesar Rp 2.439 trilin.
Namun demikian, ia masih berkilah jika pengelolaan utang pemerintah semakin baik dari tahun ke tahun. Dua indikatornya adalah defisit APBN dan tingkat keseimbangan primer.
Sri Mulyani menyebut defisit APBN terus mengalami penyusutan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Pada 2015 misalnya, defisit APBN masih berada di level 2,49% dan bisa turun menjadi 2,15% pada tahun lalu.
Sedangkan defisit APBN pada tahun ini, pemerintah menargetkan 2,12%.
“Kelihatan bahwa trennya yang mendekati nol dari yang tadinya pernah mencapai 2,59% yang terdalam di tahun 2015, itu dikarenakan tahun itu harga komoditas jatuh sehingga counter fiskal hingga defisit,” ujar Sri Mulyani.
Sementara pada RAPBN 2019, pemerintah menargetkan defisit 1,8% terhadap PDB.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan