Jakarta, Aktual.com – Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan saat ini ada enam lembaga penelitian dan perguruan tinggi di Indonesia yang melakukan pengembangan vaksin Merah Putih dengan berbagai platform.

“Di dalam catatan kami saat ini ada enam pengembang vaksin Merah Putih,” kata Menristek/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang dalam seminar virtual Vaksin Merah Putih: Tantangan dan Harapan, Jakarta, Rabu(14/10).

Vaksin Merah Putih sedang dikembangkan, masing-masing oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Airlangga.

Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengembangkan vaksin Merah Putih dengan dua platform yakni sub-unit protein rekombinan dan inactivated virus.

Vaksin yang dibuat Eijkman dengan platform sub-unit protein rekombinan sudah mencapai kemajuan 55 persen dari skala laboratorium dan direncanakan untuk uji praklinik pada hewan di November 2020.

LIPI mengembangkan vaksin dengan platform protein rekombinan fusi. Universitas Gadjah Mada mengembangkan vaksin dengan platform protein rekombinan.

Universitas Indonesia mengembangkan vaksin dengan platform DNA, mRNA, dan virus-like-particles.

Institut Teknologi Bandung mengembangkan vaksin dengan platform adenovirus, dan Universitas Airlangga mengembangkan vaksin dengan dua platform yakni adenovirus dan adeno-associated virus (AAV).

Menristek Bambang menuturkan vaksin Merah Putih merupakan karya peneliti-peneliti terbaik bangsa untuk rakyat Indonesia.

Vaksin Merah Putih memenuhi kriteria yakni bibit vaksinnya yang dikembangkan oleh institusi di Indonesia, dan menggunakan isolat virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 yang bertransmisi di Indonesia.​​​​​​​

Menristek Bambang mengatakan pengembangan vaksin Merah putih merupakan hal yang mendesak karena untuk memenuhi kebutuhan vaksin masyarakat, sebagai percepatan pemulihan ekonomi ketika tercapai kekebalan populasi melalui vaksinasi, secara spesifik memanfaatkan isolat virus penyebab COVID-19 yang bersirkulasi di Indonesia, serta menjadi simbol kemajuan dan kemandirian bangsa Indonesia.(Antara)

Artikel ini ditulis oleh:

Warto'i