Akibat sikapnya tersebut Siti Fadhila harus berhadapan secara terbuka dengan WHO. Di Indonesia para pejabat WHO memendam sakit hati karena Siti Fadilah tidak mungkin mau rapat dengan mereka, apalagi menyusun agenda bersama. Baginya WHO bukan refresentasi masyarakat global.
WHO adalah kaki tangan segelitir pemilik perushaan farmasi, pedagang virus dan badar vaksin.
Terkait pandanganya soal WHO, Siti Fadila tidak sendiri. Banyak para pemerhati dunia selama ini menyampaikan kritik mereka terhadap agenda agenda WHO yang dikendalikan oleh mafia.
WHO telah dilepaskan dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Donor swasta adalah donor terbesar yang membiayai kerja WHO. Lebih dari 30 persen anggaran WHO bersumber dari perusahaan farmasi. Itu yang resmi.
Bagaimana dengan dana-dana yang diselundupkan oleh mafia kepada pejabat pejabat WHO?
WHO adalah salah satu badan dunia yang sangat luas penetrasinya.
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby