Caketum Partai Golkar (kiri ke kanan) Aziz Syamsuddin, Mahyudin, Setya Novanto, Ade Komarudin, Airlangga Hartarto, Priyo Budi Santoso, serta dua perwakilan dari Syahrul Yasin Limpo dan Indra Bambang Utoyo mengangkat nomor ketika pengambilan nomor urut pemilihan Caketum Partai Golkar di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Sabtu (7/5). Pengambilan nomor urut oleh enam kandidat serta dua perwakilan kandidat itu merupakan rangkaian jelang pemilihan Ketua Umum Golkar periode 2016-2019 yang akan digelar dalam Munaslub Partai Golkar mendatang. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/pd/16

Jakarta, Aktual.com —Direktur Eksekutif Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago (Ipang) mengatakan tidak mudah membaca akhir dari pelaksanaan musyawarah luar biasa (Munaslub) Partai Golkar yang akan digelar nanti.

Pasalnya, banyak faktor dan instrumen yang mengatur dinamika kontestasi memperebutkan kursi ketua umum partai beringin tersebut.

“Tidak mudah membaca akhir cerita Munaslub Golkar ini. Banyak faktor dan instrumen yang bermain di sana, selain soal amunisi, fakfor dukungan pemerintah juga instrumen politik yg ngak bisa diabaikan, pemerintah lebih suka memilih siapa?,” kata Ipang saat dihubungi, di Jakarta, Senin (9/5).

Terlebih, sambung dia, soal keberadaan komite etik Munaslub yang dirasakan antara ada dan tiada dalam mengawal pelaksanaan, khususnya mengawasi sejumlah manuver ‘curang’ para bakal calon ketua umum (Balon Ketum), hingga track recordnya.

“Komite etik fungsinya antara ada dan tiada. Keberadaannya seperti tiada dirasakan,” ujar Dosen Politik UIN Syarief Hidayatullah Jakarta itu.

“Harus komite etik bisa menjaga trayek dan memastikan calon ketum Golkar yang maju benar -benar selesai dengan dirinya sendiri. Artinya dipastikan tidak punya beban moral, bersih dan jujur,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang
Andy Abdul Hamid