Jakarta, aktual.com – Anggota Komisi VI DPR RI, Gde Sumarjaya Linggih mulai menyoroti aturan kebijakan wajib tes PCR bagi pelaku perjalanan luar negeri yang hendak kembali lagi masuk ke Indonesia. Apalagi, menurutnya, pelaku perjalanan dalam negeri bebas melenggang dengan hanya cukup tes antigen jika bepergian dengan pesawat.

“Ini kok lucu ya? Kita ingin pulang ke Indonesia kok malah disuruh tes PCR lagi. Padahal sudah vaksin lengkap juga,” cetus Demer -sapaan akrab Gde Sumarjaya- seperti dikutip dari www.dpr.go.id, Sabtu (7/5) pagi.

Sebagai informasi, saat tengah berada di Singapura dan hendak mengurus perjalanan pulang, Demer mengaku mendapat kabar untuk melakukan tes PCR terlebih dahulu. Dia terkejut dengan kebijakan tersebut lantaran sebelumnya tidak pernah diberitahu bahwa sekembalinya wajib menjalani tes PCR. Bahkan untuk mereka yang sudah melakukan vaksin secara lengkap.

Demer berpendapat kebijakan tersebut layaknya ‘Indonesia tengah membatasi diri.’ Dari sejumlah syarat masuk Bandara I Gusti Ngurah Rai, tercantum wajib memiliki dokumen hasil tes PCR 2×24 jam dari bandara asal di luar negeri. Kemudian wajib juga tes PCR bagi penumpang yang belum mendapat vaksin covid-19 atau suhu tubuhnya di atas 37,5 derajat celcius. Menurut Demer, jika sudah vaksin lengkap, maka seyogianya kewajiban tes PCR di bandara asal tidak perlu diterapkan.

Jika kemudian penumpang itu hasil tes PCR positif, maka dia harus menginap di Singapura untuk karantina.

“Masalahnya ini jadi bisnis untuk Singapura. Kita harus (stay) tinggal di Singapura lagi. Ini hotel penuh di Singapura, yang untung mereka, bukan negara kita. Lucu, kalau Indonesia justru membatasi diri sendiri. Mestinya cukup antigen saja,” ujar politisi Partai Golkar tersebut.

Dirinya menilai kebijakan wajib tes PCR tesebut seakan bertolak-belakang dengan kenyataan sikap pemerintah yang mempercayai booster dapat memberikan kekebalan terhadap virus Covid-19. “Masuk Singapura tidak dibatasi, cukup antigen. Kok malah warga negara Indonesia seperti dibatasi masuk rumah sendiri?” tanya legislator asal Bali itu.

Demer melihat ada sistem yang harus diperbaiki di Indonesia. Demer menilai jangan sampai kebijakan pemerintah justru merugikan negara sendiri, dan menguntungkan negara lain.

“Jika misalnya ada yang positif PCR, mereka karantina di Singapura, itu devisa masuk kemana? Singapura yang dapat, Indonesia yang rugi. Saya minta kebijakan ini ditinjau ulang lagi, minimal ada penjelasan komprehensif jika ada warga kita ingin ke luar negeri. Jangan simpang siur seperti ini,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Megel Jekson