Palu, Aktual.com – Wakil Komandan Satgas Operasi Tinombala Kolonel Inf Alfi Sahri Lubis mengatakan, kelompok Mujahidin Indonesia Timur masih memiliki dua jenis senjata yang mereka gunakan saat ini.
“Senjatanya hanya dua jenis yakni SS1-V1 buatan Pindat dan M16A1,” katanya saat dihubungi dari Palu, Jumat (23/12).
Kata dia, senjata tersebut dapat diketahui dari proyektil peluru yang bersarang ditubuh salah satu personil Satgas Tinombala, Prajurit Satu Yusuf Baharuddin yang gugur dalam kontak tembak, Selasa (20/12) siang.
“Kemungkinan dua jenis senjata itu, karena amunisinya hampir sama, yakni 5,56 mm.”
Menurut Alfi, pasukan pasukan Satgas Tinombala juga menggunakan jenis senjata yang sama, sehingga dengan melihat proyektil peluru itu, dapat diketahui senjata yang digunakan mereka.
Alfi juga meluruskan pemberitaan sejumlah media, yang menyampaikan bahawa dua orang personil Satgas Tinombala yang tertembak. Kata dia, yang dirawat di rumah sakit Poso yakni Pratu Imam bukan karena tertembak DPO, melainkan terluka saat proses evakuasi. Lubis mengatakan, kondisi korban saat ini sudah membaik.
“Kondisi korban sudah baik dan sudah bisa jalan. Jadi tidak luka serius.”
Hal senada juga disamapikan Kapolda Sulteng Brigjen Pol Rudy Sufahriadi bahwa senjata yang digunakan DPO saat ini sekitar tiga buah. Hal itu terlihat dalam operasi dan berdasarkan penampakan yang juga dilihat masyarakat.
“Jumlah bom yang mereka miliki belum diketahui, tetapi untuk kepastiannya dapat diketahui setelah mereka tertangkap atau tertembak,” ujar Kapolda.
Rudy yang juga penanggung jawab komando operasi operasi Tinombala menegaskan bahwa daftar pencarian orang anggota Mujahidin Indonesia Timur di Poso tersisa sembilan orang.
“Sampai hari ini, DPO kita ada sembilan orang yang menjadi buruan. Hal itu sama dengan penampakan yang dilihat masyarakat dan jejak-jejak yang kami temukan dilapangan, tidak pernah ada perubahan dari angka sembilan orang.”
Kemudian kata Kapolda, pihaknya akan memperpanjang operasi Tinombala hingga tahun 2017. “Operasi Tinombala akan berakhir 3 Januari 2017, tapi akan diperpanjang lagi sampai tiga bulan ke depannya.”
Menurut Kapolda, perpanjangan operasi Tinombala bukan dikarenakan adanya kejadian satu anggota yang tertembak. Tetapi keinginan itu sudah ada, sebelum kejadian tersebut.
“Saya telah menginginkan untuk memperpanjang operasi Tinombala ini. Jangan karena ada insiden ini baru operasi diperpanjang. Saya harus temukan yang sembilan orang itu, karena jangan ada duri dalam daging yang akan terus meresahkan masyarakat di sulawesi Tengah.”
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Wisnu