Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid - Quota Haji. (ilustrasi/aktual.com)
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid - Quota Haji. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengatakan lamanya daftar tunggu naik haji disebabkan karena aturan quota.

Hal ini dikatakannya menanggapi soal daftar tunggu haji di Indonesia yang mencapai puluhan tahun.

“Ini kesepakatan negara-negara Islam. Kalau tidak ada quota akan menambah ruwet saat ibadah,” ujar Hidayat di Jakarta, Senin (12/9).

Ia menjelaskan, dalam quota disebut ada satu jatah calon haji per 1000 penduduk. Dengan quota itu maka Indonesia mendapat jatah lebih dari 200.000 jamaah haji.

Selain itu, daftar haji semakin panjang karena ada pembangunan di sekitar Kabah sehingga dilakukan pemotongan quota. “Tidak hanya Indonesia namun seluruh negara Islam,” ungkapnya.

Menurut Hidayat, banyaknya jemaah haji di Indonesia menunjukkan semakin banyaknya kelas menengah sehingga jumlah orang yang ingin naik haji pun juga meningkat.

Menghadapi realita antrian naik haji yang semakin panjang dan lama, Hidayat pun menegaskan pentingnya pemerintah untuk mencari solusi. Dirinya pun telah berkali-kali mengatakan kepada Menteri Agama dan Pemerintah Saudi Arabia agar pemotongan 20 persen dihentikan sebab pembangunan di sekitar Ka’bah sudah selesai.

Tak hanya itu, pemerintah Indonesia juga penting untuk berkomunikasi dengan negara-negara yang selama ini quota hajinya tidak dipakai.

“Iran tahun ini quota hajinya tidak digunakan. Daripada kosong, lebih baik quota itu diambil Indonesia,” cetus Politikus Senior PKS ini.

Selain menggunakan quota dari negara Islam, kata Hidayat, juga bisa menggunakan quota dari negara di mana ummat Islam minoritas, seperti di Filipina, Muangthai, Vietnam, dan Laos.

“Di sana banyak quota yang belum dipakai,” katanya.

Untuk bisa mendapat quota dari negara tersebut, menurutnya, kementerian agama dan kementerian luar negeri harus melakukan komunikasi dengan negara-negara tersebut hingga akhirnya bisa dicapai kesepakatan.

“Daripada ada jemaah yang menggunakan cara-cara ilegal.”

 

*Nailin

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid