Jakarta, Aktual.com — Dalam rangka mengukuhkan kembali semangat kebangkitan umat Islam, perlu adanya suatu refleksi serta motivasi lebih untuk bersama menyatukan kembali kekuatan umat dalam keragaman bertoleransi. Tentunya, hal ini butuh waktu yang cukup panjang.
Mengingat, kondisi Islam di negara Indonesia itu sendiri muncul dan berdiri di atas keragaman sejumlah gerakan dakwah namun dengan satu prinsip dan misi yang sama yakni menegakkan kalimat tauhid di Bumi Allah SWT.
Hal inilah yang menjadi sorotan penting dari sosok seorang Da’i senior yang selama ini dalam dakwahnya selalu mengupayakan terwujudnya kesatuan umat. Beliau adalah KH. Ma’ruf Amin yang saat ini tengah menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Dalam ceramah singkatnya pada acara ‘Halal bi Halal’ di Menara 165, Jakarta, Rabu (12/8), KH. Ma’ruf Amin menyampaikan, “Kenapa kita bersalah pada seseorang? Karena pada intinya, memang kita punya hubungan dengan orang tersebut. Dan, momentum ini yang paling bagus. Kalau di MUI ini ada tiga fungsi dari ‘Halal bi Hala’l, yang pertama yang harus dilakukan itu adalah menjaga dan memelihara umat, baik dari akidah yang menyimpang serta cara berpikir yang menyimpang. Dan, daripada gerakan-gerakan penyesatan dan pengkafiran.”
Kedua, perbaikan dan perlindungan umat khususnya dalam bidang pendidikan, sosial, ekonomi, politik dan budaya. Memang betul saat ini ada penurunan, sehingga muncul istilah aneh dari berbagai bidang dengan ditunjukkannya kemunduran-kemunduran dalam hal kepemilikan. Maka perlu adanya upaya pemberdayaan secara menyeluruh khususnya dalam hal sosial dan budaya, dalam membuat rumusan yang konkret.
Ketiga, penyatuan umat. Saat ini, tidak ada pemimpin yang bisa dijadikan sebagai pemimpin umat, yang ada hanya pemimpin berdasarkan institusional. Kita boleh berbeda karena tidak mungkin menghilangkan perbedaan tersebut.
Oleh sebab itu, perbedaan ini harus ditoleransi. Adanya fanatik antar kelompok kelompok hanya dapat menghambat terciptanya toleransi di kalangan umat. Sehingga, dapat dikatakan perbedaan ditoleransi, penyimpangan diamputasi. Jadi ada perbedaan dan ada penyimpangan.” jelasnya.
Mengingat hal itu, bagi dia, penting adanya koordinasi gerakan seperti momen saat ini, yaitu koordinasi dan sinergi untuk bersama-sama kembali menyatukan misi visi dan semangat dalam pergerakan dakwah di Tanah Air.
“Oleh karena itu, Bismillah kita melakukan penyatuan dalam kembali menyatukan gerakan untuk terciptanya kebangkitan umat yang berkelanjutan. Apalagi kita besar jumlahnya, besar juga perannya, semoga kita bisa mewujudkan kesatuan umat dan gerakan,” tegasnya.
Tentunya, hal ini merupakan mimpi dan harapan besar dari seluruh umat Islam di Indonesia. Semoga kita bisa benar-benar bersatu dan saling menjaga keutuhan umat, dengan tujuan agar dakwah Islam tetap maju dan berjaya di Indonesia. Semoga.
Artikel ini ditulis oleh: