Jakarta, Aktual.com — Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menginginkan pemerintah, khususnya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), untuk merevisi kebijakan terkait dengan energi nasional guna lebih mempertegas dukungan pada energi baru dan terbarukan.
“Pemerintah Indonesia seharusnya juga melakukan revisi terhadap PP 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional,” kata Manajer Kampanye Walhi Ode Rakhman dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (13/8).
Menurut dia, revisi itu diperlukan antara lain karena dalam peraturan pemerintah tersebut, Indonesia dinilai masih menggantungkan sumber energinya dari tenaga fosil, seperti minyak bumi, gas, dan batu bara.
Target penggunaan energi terbarukan, lanjut dia, masih sangat dibatasi oleh Pemerintah.
Untuk itu, dia menegaskan bahwa pemerintah Indonesia harus berani memasang target hingga 2030 untuk sumber energi terbarukan di Indonesia minimal 50 persen sudah harus tercapai.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Rida Mulyana berharap ke depan akan ada substitusi energi berbasis fosil ke terbarukan untuk menciptakan ketahanan energi.
“Sekarang seperti nambah untuk pasokan energi berbasis fosil besok lusa saya inginnya ‘replacement’ (pergantian) ‘substitute’ (substitusi) besok lusa,” katanya usai acara Halalbihalal Direktorat Jenderal EBTKE bersama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, Jakarta, Kamis (30/7).
Ia mengatakan bahwa saat ini pemerintah menambah pasokan energi dengan mendorong pembangunan untuk pemanfaatan energi terbarukan secara optimal.
Energi berbasis fosil tidak dapat bertahan selamanya. Oleh karena itu, pentingnya beralih ke energi terbarukan meskipun membutuhkan waktu yang lama.
“Apa yang terjadi, mungkin gas habis, minyak habis, dan batu bara habis karena memang bukan merupakan energi terbarukan. Besok bisa 10 tahun dari sini, 20 tahun dari sini pasti habis. Maka, harus energi terbarukan selain tidak habis-habis, udara juga bersih,” ujar Direktur Jenderal EBTKE.
Namun, pergantian tersebut harus didorong karena bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak, dan gas bukan merupakan sumber daya yang dapat diperbaharui sehingga lambat laun akan terbatas dan habis.
Sementara itu, kebutuhan akan energi seperti listrik ke depan akan makin banyak untuk memnuhi kebutuhan masyarakat dan industri.
Ia mengatakan bahwa energi terbarukan juga menjadi salah satu upaya menghadapi perubahan iklim, sementara fosil yang digunakan untuk menghasilkan energi akan memengaruhi iklim yang mendorong pemanasan global dari emisi karbondioksida yang dihasilkan dari pembakaran.
“(Dengan energi terbarukan) Listriknya dapat, lingkungannya masih bersih,” tuturnya.
Artikel ini ditulis oleh: