Jambi, Aktual.com – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Provinsi Jambi menyebutkan daerah resapan air di provinsi itu sudah beralih fungsi sehingga menyebabkan banjir dan tanah longsor saat musim penghujan.
Direktur Eksekutif Walhi Jambi Musri Nauli di Jambi, mengatakan hutan yang menjadi daerah resapan air sudah tidak mampu lagi menahan air sehingga hujan ringan pun tetap menyebabkan banjir luapan dan bandang.
“Daerah resapan air yang selama ini mengatur sirkulasi air sudah hancur beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit dan pertambangan,” katanya, Minggu (28/2).
Dijelaskannya, daerah resapan air tersebut saat ini sudah tidak bisa lagi mengatur sirkulasi air. Daerah resapan air tersebut berada di wilayah hulu Jambi seperti di Kabupaten Merangin dan Bungo.
“Saat ini ketika hujan turun ada saja kejadian, kita lihat seperti di Kabupaten Bangko, Kerinci dan Bungo beberapa hari lalu terjadi banjir bandang,” kata Musri.
Hutan yang selama ini menjadi daerah resapan air, kata Musri, harus dikembalikan fungsinya seperti semula dan harus ada upaya dari pemerintah dan berbagai pihak melakukan rehabilitasi secara besar-besaran.
“Mana hutan yang menjadi daerah resapan air harus dilindungi dan direhabilitasi. Misalnya di wilayah hulu sungai tidak boleh dibuka lagi untuk perizinan,” katanya.
Selain hutan daerah resapan air, hutan di daerah aliran sungai (DAS) dan Sub-DAS di sepanjang sungai Batanghari Jambi juga harus mendapat perhatian karena daerah itu juga sebagai ekosistem penyangga keseimbangan alam.
“Sekitar taman nasional juga ancaman perambahannya sudah mulai masif. Daerah penyangga seperti taman nasional harus dikembalikan,” ujarnya.
Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi menyatakan banjir bandang menghanyutkan 18 rumah warga di Desa Batu Kerbau, Kabupaten Bungo.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara