Yogyakarta, Aktual.com – Dua masalah yang menjadi penyebab utama krisis air Kota Yogyakarta yang dikawatirkan kembali terjadi saat masuk musim kemarau panjang 2016 ditengarai oleh maraknya aktivitas penambangan pasir ilegal di lereng merapi serta masifnya pembangunan infrastrukur komersil di Sleman dan Kota.
Ketua Wahana Lingkungan Hidup Yogyakarta, Halik Sandera mengingatkan agar Merapi yang berada di kawasan hulu dikembalikan ke fungsi aslinya sebagai sumber mata air utama bagi masyarakat Yogyakarta, dalam hal ini wilayah Sleman, Kota dan Bantul.
“Merapi menjadi supplier ketersedian Cekungan Air Tanah (CAT) untuk Yogyakarta, artinya kondisi yang terjadi sekarang memang harus diperbaiki,” ujar Halik, kepada Aktual.com, Minggu (27/3).
Halik melihat, salah satu yang memicu adalah banyaknya aktivitas penambangan kategori galian C di area lereng Merapi. Pasca erupsi Merapi 2010 lalu, pemerintah mengizinkan pengerukan pasir sungai dengan tujuan bisa mengalirkan material vulkanik seperti batu dan pasir agar tidak membanjiri lahan sekitar jika Merapi kembali meletus di kemudian hari.
Namun, kini pengerukan justru merambah luas ke lahan-lahan, pekarangan, rumah serta kebun milik penduduk setempat di empat lokasi yakni Turi, Pakem, Cangkringan dan Tempel.
Hal tersebut sangat mempengaruhi kondisi Cekungan Air Tanah wilayah hulu (Merapi) dalam hal proses pengisian ulang air tanah sehingga dampaknya otomatis mengganggu supply air tanah untuk wilayah Sleman hingga Kota Yogya dimana disaat yang sama telah tergerus oleh maraknya pembangunan proyek infrasruktur yang berdiri di atas area-area resapan air.
Terkait tingkat kedalaman pengeboran air tanah karena kebutuhan air yang sangat tinggi oleh hotel-hotel, dimungkinkan muka air mengalami penurunan karena terjadi proses peresapan air tanah dangkal ke air tanah dalam, lapisan kedua air tanah tidak total kedap.
Gempa 2006 yang menghasilkan rekahan-rekahan juga memicu penurunan muka air tanah tersebut. CAT untuk wilayah Sleman dan Kota Jogja mengalami penurunan 15-20 sentimeter per tahun.
“Itu menjadi catatan dan alarm bagi kita bahwa kedepan muka air tanah akan terus menurun, saat proyek infrastruktur (hotel) ini sudah beroperasional akan mempercepat proses penurunan muka air di Cekungan Air Tanah Yogya. Maka wajar sumur-sumur warga disekitar hotel mengalami kekeringan.” Papar Halik.
Artikel ini ditulis oleh:
Nelson Nafis