Jakarta, Aktual.co — Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi mengajak seluruh pihak terkait untuk memikirkan masa depan pemain PSIS Semarang, seiring sanksi yang diberikan Komisi Disiplin PSSI.

“Kalau toh nanti keputusan (sanksi, red.) tidak bisa diubah, yang paling penting terus nasib pemain ini (PSIS) siapa yang mikir? Ayo kita pikir bareng-bareng,” katanya di Semarang, Jawa Tengah, ditulis Kamis (27/11).

Hal itu diungkapkannya usai “Silaturahmi dan Ramah Tamah Pemkot Semarang dengan Pengurus Provinsi Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) dan Panitia Kejurprov Piala Gubernur Jateng XXXIV.

Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi mengakui beratnya sanksi yang diberikan Komdis PSSI terhadap PSIS, terutama sampai ada sanksi larangan bermain sepak bola seumur hidup yang dijatuhkan pada pemain.

“Daripada mendiskusikan hal-hal yang sudah lewat, yang paling penting ‘pie saiki carane, pie sing’ (bagaimana sekarang) dihukum seumur hidup kalau tidak ada keputusan yang lebih baik,” tukasnya.

Pemain yang terkena sanksi bermain dan beraktivitas sepak bola seumur hidup, kata dia, tentunya perlu dipikirkan kelangsungkan masa depannya, misalnya diberi pekerjaan untuk menopang hidup.

“Mereka ini ‘diurusine model piye?’ (diurusi model bagaimana?), dikasih pekerjaan model apa, supaya mereka bisa hidup. Kalau ‘ndak’ bisa, ya, percuma kita mendiskusikan hal-hal ini,” katanya.

Menurut dia, persoalan yang penting untuk dipikirkan adalah kelangsungan para pemain PSIS yang terkena sanksi seumur hidup ke depannya, termasuk pada pemain-pemain lain yang mungkin hanya korban.

“Jangan sampai, saya berharap tidak ada korban dari peristiwa ini. Maksudnya korban, adalah para pemain yang mestinya mereka tidak mempunyai beban kesalahan, tetapi harus menjadi korban,” pungkas Hendi.

Seperti diwartakan, Komdis PSSI memberikan hukuman bervariatif kepada pelatih, manajer, “official”, pemain di lapangan, hingga pemain cadangan PSIS dan PSS berupa larangan beraktivitas sepak bola dan denda.

Artikel ini ditulis oleh: